A.
Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, penyedap rasa dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan
yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
B.
Jenis
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, disebutkan jenis-jenis flavor enhancer, yakni:
·
Asam guanilat
(garam K dan Na)
·
asam L-glutamat (garam Ca, K, dan Na)
·
asaminosinat (garam K dan Na)
·
Cadan Na-5’ribonukleotida.
Dari
berbagai jenis flavor enhancer tersebut, MSG atau vetsin adalah
yang paling populer. Garam natrium dari asam glutamate tersebut diproses melalui
proses fermentasi yang menggunakan molasses dant ebu.
Sejak 100 tahun ditemukannya glutamat, komponen ini tidak pernah sepi dari isu-isu negative berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Wikipedia The Free of Encyclopedia, jenis flavor enhancer
adalah sebagai berikut:
·
Kalsium diglutamat
·
Magnesium diglutamat
Asam guanilat
(ribonukleotida) dan garamnya:
·
Dinatrium guanilat , natrium guanilat
·
Dipotassium guanilat
·
Kalsium guanilat
Asaminosinat (ribonukleotida) dan garamnya:
·
Asaminosinat
·
Dinatriuminosinat
·
Dipotassiuminosinat
·
Kalsiuminosinat
·
Campuran dari guanilat dan inosinat
·
Dinatrium 5'- ribonukleotida
Maltol dan etilmaltol:
Asam amino dan garamnya:
C.
Cakupan penggunaan produk
Flavor
enhancer ini biasa digunakan pada produk makanan ringan, saus cabe, sup, miso, kentang goreng, bumbu masak, dan lain-lain.
D.
Dampak bagi kesehatan
Beberapa penguat rasa yang dapat menyebabkan gangguan bagi kesehatan, yaitu sebagai berikut:
1.
Monosodium glutamate
A. Chinese Restaurant Syndrome
Tahun 1968 dr.
Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya yang gejalanya cukup unik. Leher
dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Pasien itu mengalami
kondisi ini sehabis menyantap masakan cina di restoran. Masakan cina memang
dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa yang
dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant
Syndrome.
Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di atas, masih dugaan sampai
saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya defisiensi vitamin
B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami hambatan ketika diserap.
Konon menyantap 2 – 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini.
Akibatnya memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam Cinese Restaurant
Syndrome sudah hilang.
B. Kerusakan Jaringan Sel Otak
Hasil penelitan Olney di St. Louis. Tahun 1969 ia mengadakan penelitian pada
tikus putih muda. Tikus-tikus ini diberikan MSG sebanyak 0,5 – 4 mg per gram
berat tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan
otak. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur
dalam makanan tidak menunjukkan gejala kerusakan otak.
Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, gamma-asam
aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan pada
beberapa individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan
transmisi signal dalam otak (Anonimous 2006).
C. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut pandang
berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan suhu tinggi
dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal masakan
protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk senyawa
karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama.
Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan
metionin juga dapat mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara memasak
amat berpengaruh.
D. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum, tetapi
juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang
dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa peneliti
bahkan cenderung berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan senyawa
penyebab yang efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan
oleh senyawa hasil metabolisme seperti misalnya GABA (Gama Amino Butyric Acid),
serotinin atau bahkan oleh histamin (Winarno 2004).
Rasa
enak yang ditimbulkan oleh MSG dianggap sebagai penyebab penggunaan MSG yang
berlebihan. Sama seperti pemakaian garam, pemakaian MSG memiliki dosis optimum
yaitu 0.2-0.8% dari volume makanan. Penggunaan MSG lebih tinggi dari dosis
optimum ini dapat mengurangi rasa enak makanan dimana kita umumnya tidak
menginginkannya. Tentu saja pabrik maupun penjaja makanan tidak akan pernah
membuat makanannya tidak enak dengan menambahkan MSG diluar batas karena ini
sama artinya mereka membunuh usaha mereka sendiri.
Ada
juga penelitian-penelitian yang menyimpulkan pengaruh negatif MSG terhadap
kesehatan, namun penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara
penggunaan MSG yang tidak realistis. Misalnya:
§ MSG menyebabkan kerusakan otak didasarkan pada
penelitian dimana mencit (bayi tikus) diberikan MSG dosis sangat tinggi yaitu
0.5-4.0g/kg berat badan atau setara dengan 30-240g pada manusia berberat badan
60kg. MSG dosis sangat tinggi ini disuntikan ke mencit. Kita menikmati makanan
yang ditambahkan MSG, misalnya bakso, dalam dosis rendah (0.2-0.8% dari volume
makanan) dan melalui saluran pencernaan, bukan dengan dosis dan cara yang tidak
wajar seperti pada penelitian tersebut.
§ MSG disimpulkan menyebabkan kanker dari hasil
penelitian-penelitian pada tikus. Padahal pada penelitian-penelitian tersebut
daging dan MSG yang diberikan pada tikus dibakar pada temperatur sangat tinggi
hingga 600 derajat celcius. Makanan yang dimasak pada temperatur ekstrim tinggi
ini dengan mudah berubah menjadi arang. Kita umumnya tidak suka makan arang.
Pada salah satu penelitian tersebut, tikus-tikus menderita kanker pada usia
mereka yang lanjut. Padahal pada manusia, prevalensi kanker jauh lebih tinggi
pada usia lanjut dari pada usia muda, sehingga usia tua adalah sangat nyata
hubungannya dengan kanker bukan MSG.
2.
L-asam glutamate
Sama halnya dengan MSG
diduga dapat menyebabkan Chinese
Restaurant Syndrom (CRS), dan tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak.
3.
Potasium hidrogen
L-glutamat (Monopotasiumglutamat)
Kadang-kadang dapat menyebabkan mual,
muntah, dan kejang perut, walaupun biasanya toksisitas garam potassium yang dikonsumsi oleh orang sehat relative kecil, karena potassium akan disekresi dengan cepat di dalam urin. Potassium berbahaya bagi penderita gagal ginjal. Potassium tidak boleh diberikan kepada bayi yang berumurdibawah 12 minggu.\
4.
Kalsiumdihidrogen di
L-glutamat
Pengaruhnya terhadap kesehatan belumdiketahui,
tetapi diberikan kepada bayi yang
berumur dibawah 12
minggu.
5.
Guanosin 5’-disodium fosfat
(sodium glutamat); inosin5’-disodium fosfat (sodium 5’-inosat); sodium
5’-ribonukleotida.
Pengaruhnyaterhadapkesehatanbelumdiketahui, tetapi dilarang digunakan pada pangan bayi dan anak-anak,
begitu pula untuk penderita encok harus menghindari purin, dilarang mengonsumsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Hardiyanto. 20 agustus 2010. Mengenal bahaya
MSG terhadap kesehatan masyarakat .http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/08/mengenal-bahaya-msg-monosodium-glutamat.html.
Diakses pada tanggal 18 desember 2010.
Anonim.
2009. Regulasi MSG di Indonesia. http://kulinologi.biz/preview.php?view&id=130. Diakses pada tanggal 18 desember 2010.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT BumiAksara.
0 komentar:
Posting Komentar