Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk
membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Umumnya emulsifier merupakan senyawa organik yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun nonpolar sehingga kedua zat tersebut dapat
bercampur. Gugus nonpolar emulsifier
akan mengikat minyak ( partikel minyak dikelilingi )
sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar kemudian akan terionisasi
menjadi bermuatan negatif, hal ini menyebabkan minyak juga menjadi bermuatan
negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak-menolak sehingga dua zat yang pada
awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil.
Secara umum bahan
pengemulsi terdiri dari emulsifier alami dan emulsifier buatan (sintetis).
Pengemulsi alami dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam. Misalnya dari
biji kedelai, kuning telur dan sebagainya. Di dalam biji kedelai terdapat
minyak yang cukup tinggi, di samping air. Keduanya dihubungkan oleh suatu zat
yang disebut lecithin. Bahan inilah yang kemudian diambil atau diekstrak
menjadi bahan pengemulsi yang bisa digunakan dalam produk-produk olahan.
Sebenarnya lecithin ini
secara alami terdapat juga pada biji-bijian lain serta dalam produk hewani, seperti
telur dan otak. Tetapi kandungan lecithin yang mudah dan murah untuk digunakan
adalah yang terdapat pada biji kedelai. Jika lecithin tersebut berasal dari
biji kedelai, maka dari segi kehalalan akan lebih aman. Tetapi tidak menutup
kemungkinan lecithin tersebut diekstrak dari bahan-bahan lain, seperti telur
dan otak binatang. Selain itu untuk meningkatkan efektifitas pengemulsian, pada
lecithin tersebut kadang-kadang masih ditambahkan enzim tertentu.
Adapun bahan pengemulsi
buatan atau sintetis ini berasal dari rekayasa manusia untuk menghasilkan
jembatan antara minyak dan air. Meskipun disebut sintetis, tetapi tidak
sepenuhnya berasal dari bahan sintetis. Hanya proses pembuatannya saja yang
dirancang secara buatan manusia, tetapi bahan-bahannya sering berasal dari
bahan alami.
Seperti diketahui, lemak
atau minyak merupakan trigliserida dengan satu gugus gliserol yang memiliki
tiga tangan, yang masing-masing berikatan dengan asam lemak. Asam lemak inilah
yang bersifat non polar. Sedangkan gliserol sendiri bersifat polar. Dengan
demikian ketika satu atau dua asam lemaknya dilepaskan dari tangan gliserol,
maka akan dihasilkan monogliserida atau digliserida yang masing-masing hanya
memiliki satu dan dua gugus asam lemak. Asam lemak yang tersisa bisa berikatan
dengan lemak, sedangkan tangan gliserol yang kosong bisa berikatan dengan air.
Maka jadilah mono dan digliserida yang berfungsi sebagai penghubung antara air
dan minyak atau menjadi emulsifier sintetis.
Bahan buatan manusia itu
sebenarnya berasal dari lemak yang direkayasa. Sementara sumber lemaknya
sendiri bisa bermacam-macam, ada yang berasal dari minyak bumi (sintetis) ada
pula yang berasal dari lemak nabati (tumbuhan) maupun hewani. Untuk aplikasi
emulsi pada bahan makanan lebih diutamakan penggunaan lemak dari tumbuhan dan hewan, karena yang berasal dari
minyak bumi tidak food grade.
Dari kedua jenis emulsifier yang ada di atas, ada
beberapa jenis yang dilegalkan menurut hukum untuk digunakan sebagai bahan
tambahan makanan, diantaranya yaitu :
1)
Glycerine Fatty Acid
Esters (Monoglyceride, MG)
2)
Acetic Acid Esters of
Monoglycerides (Acetylated monoglyceride, AMG)
3)
Lactic Acid Esters of
Monoglycerides (Lactyated monoglyceride, LMG)
4)
Citric Acid Esters of
Monoglycerides (CMG)
5)
Succinic Acid Esters of
Monoglycerides (SMG)
6)
Diacetyl Tartaric Acid
Esters of Monoglycerides (DATEM)
7)
Polyglycerol Esters of
Fatty acids(PGE)
8)
Polyglycerol
Polyricinoleate (PGPR)
9)
Sorbitan Esters of Fatty
Acids (Sorbitan ester)
10) Propylene Glycol Esters of Fatty Acids (PG ester)
11) Sucrose Esters of Fatty Acids (Sucrose ester)
12) Calcium Stearoyl-2-Lactate (CSL)
13)
Lecithin (LC)
Zat emulsifier bertugas untuk memodifikasi tegangan
permukaan dari komponen fase dua zat yang berbeda untuk menghasilkan suatu disperse
atau emulsi yang lebih stabil / seragam ( seperti layaknya surfaktan ).
Emulsifier ini berfungsi untuk menyatukan antara air dengan minyak agar mau
bercampur menjadi satu. Dalam fungsinya sebagai bahan tambahan makanan,
emulsifier ini banyak digunakan dalam pembuatan roti atau cake untuk menyatukan
air dengan mentega atau minyak. Dengan kehadiran emulsifier, adonan
jadi tercampur rata, termasuk partikel-partikel tepung terigu, tepung lain
maupun bahan tambahan lainnya. Hasil akhirnya, cake lebih lembut dan mengembang
lebih baik. Dua dari sekian bayak nama dengan emulsifier adalah TBM dan Ovalet.
Dulu, kita mengenal emulsifier alami yaitu kuning telur. Sekarang ini
sifat-sifat emulsifier bisa divariasikan menurut kebutuhan sehingga hailnya
bisa lebih bagus dibandingkan dnegan menggunakan emulsifier asli.
Untuk membuat cake yang murah tetapi bertekstur lembut
dan bentuknya besar, orang biasanya menggatikan telur dengan emulsifier.
Emulsifier biasanya digunakan untuk cake, sedangkan untuk roti, dipakai bread-improver. Pada roti, pemakaian
bahan-bahannya lebih bervariasi. Disamping memakai emulsifier yang
berbeda-beda, juga ditambahkan enzim-enzim, ascorbic, sodium stearoy lacctylate, dan banyak lagi. Tujuannya
mendapatkan tekstur yang lembut dan pengembangan yang lebih sempurna.
Selain mempunyai
manfaat yang dapat menguntungkan manusia, bahan tambahan makanan juga bisa
menimbulkan dampak negative
jika tidak digunakan
sesuai dosis, apalagi bahan tambahan makanan buatan
atau sintetis. Penyakit
yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan
tambahan makanan buatan adalah kanker, kerusakan ginjal, dan
lain-lain. Untuk penggunaan bahan tambahan makanan sebagai pengemulsi ini juga
tidaak sepenuhnya luput lepas dari dampak negative yang ada. Selain berpeluang
menyebabkan penyakit – penyakit karsinogenik, pengemulsi sintetis atau buatan
ini juga masih belum dapat dipastikan kehalalannya untuk konsumen terutama para
muslim. Hal ini dikarenakan, bahan pengemulsi
buatan atau sintetis berasal dari rekayasa manusia yaitu lemak yang direkayasa.
Untuk sumber lemaknya bisa bermacam-macam ada yang berasal dari minyak bumi
(sintetis), lemak nabati, dan lemak hewani. Sumber lemak hewan inilah yang
harus diwaspadai termasuk proses pemotongannya. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan tambahan
makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan tambahan makanan
tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah
juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan tambahan makanan yang
aman dan murah.
0 komentar:
Posting Komentar