Kamis, 14 Juni 2012

CAHAYA DAN PENGUKURAN CAHAYA DI TEMPAT KERJA



2. 1      Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya dalam spectrum elektromagnetisnya (Suhadri, 2008).
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan  Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

2. 2      Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu dalam Firmansyah (2010), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:
1.      Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2.      Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.
3.      Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.
4.      Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5.      Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

2. 3      Jenis-Jenis Sistem Pencahayaan
Beberapa jenis dan komponen sistem pencahayaan adalah (Suhadri, 2008): 
1.      Lampu pijar (GLS)
Lampu pijar bertindak sebagai badan abu-abu yang secara selektif memancarkan radiasi, dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampa udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen dengan perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan khusus seperti lampu sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi kenaikan harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yang terdapat dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya hantar yang rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jika patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan sekering tidak begitu halnya.
Ciri-cirinya adalah:
a.    Efficacy 12 lumens/watt
b.    indeks perubahan warna – 1 A
c.    Suhu warna hangat (2500K – 2700K)
d.    Umut lampu – 2000 jam
2.      Lampu tungsten – halogen
Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen bergabung pada dinding bola lampu membentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukan ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara tajam.
Ciri-cirinya adalah :
a.       Efficacy 18 lumesn/watt
b.      Indeks perubahan warna – 1 A
c.       Suhu warna hangat (3000K – 3200K)
d.      Umur lampu – 4000 jam
Kelebihan dari lampu ini adalah:
a.       Lebih kompak
b.      Umur lebih panjang
c.       Lebih banyak cahaya
d.      Cahaya lebih putih (suhu warna lebih tinggi)
Kekurangan dari lampu ini adalah:
a.       Lebih mahal
b.      IR meningkat
c.       UV meningkat
d.      Masalah handling
3.      Lampu neon
Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm.
Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu ‘katode panas’, sebab katode dipanaskan sebagai bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan electron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini menyebabkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena memiliki fitting yang kompak.

2. 4      Komponen Pencahayaan
Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca). Tingkat pemantulan bahan reflector dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting. Tabel berikut menggambarkan reflektan sebagai persentase cahaya.

Tabel 2.1 Reflektan sebagai Persentase Cahaya
(Sumber : Suhadri, 2008)
Bahan Warna
Reflektan (%)
Putih
100
Aluminium, kertas putih
80 - 85
Warna gading, kuning lemon, kuning dalam, hijau muda, biru pastel, pink, pale, krim
60 – 65
Hijau lime, abu-abu plae, pink, orange dalam, bluegrey
30 – 35
Biru langit, kayu pale
40 – 45
Pale oakwood, semen kering
30 – 35
Merah dalam, hijau rumput, kayu, hijau daun, coklat
20 – 25
Biru gelap, merah purple, coklat tua
10 – 15
Hitam
0

Sedangkan menurut  Municipal and Rural Sanitation dalam Soeripto (2008), faktor pantulan zat dengan bermacam-macam warna dapat dilihat pada tabel 2.2: 
Tabel 2.2 Faktor Pantulan Zat dengan Permukaan Bermacam-macam Warna
(Sumber : Soeripto, 2008)
Klasifikasi
Koefisien Pantulan (dalam %)
Plester putih (dinding tembok)
90 – 92
“Flat Mill White” (mat)
75 – 90
Krem muda
74
Pink muda
67
Kuning muda
65
Biru muda
61
Kekuning-kuningan muda (light Buff)
58
Abu-abu muda
49
Hijau muda
47
Medium blue
36
Medium grey
30
Merah
13
Karakteristik kinerja luminer yang umum digunakan dapat dilihat pada tabel2.3. 




Tabel 2.3 Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari Luminer yang Umum digunakan
Jenis Lampu
Lum/Watt
Indeks Perubahan Warna
Penerapan
Umur (Jam)
Kisaran
Rata-rata
Lampu neon
46 - 60
50
Lapisan w.r.t yang baik
Kantor, pertokoan, rumah sakit, rumah
5000
Lampu neon kompak
40 - 70
60
Sangat baik
Hotel, pertokoan, rumah, kantor
8000 – 10000
Merkuri tekanan tinggi (HPMV)
44 - 57
50
Cukup
Penerangan umum di pabrik, garasi, tempat parker mobil, penerangan berlebihan
5000
Lampu halogen
67 - 121
90
Cukup
Peraga, penerangan berlebihan, arena pameran, area konstruksi
2000 - 4000
Sodium tekanan tinggi (HPSV) SCN
67 - 121
90
Cukup
Penerangan umum di pabrik, gudang, penerangan jalan
6000 - 12000

2. 5      Dampak Penerangan yang Tidak Baik
Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan (Suhadri, 2008):
1.      Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2.      Kelelahan mental.
3.      Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4.      Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk (Suhadri, 2008):
1.      Kehilangan produktivitas
2.      Kualitas kerja rendah
3.      Banyak terjadi kesalahan
4.      Kecelakan kerja meningkat

2. 6      Merancang Sistem Pencahayaan
Menurut Suhadri (2008), setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif. Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 sampai 200 lux. Hal ini merupakan pertanyaan awal perancang sebelum memilih tingkat pencahayaan yang benar. CIE (Commission International de l’Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan. Pertanyaan kedua adalah mengenai kualitas cahaya. Dalam kebanyakan konteks, kualitas dibaca sebagai perubahan warna. Tergantung pada jenis tugasnya, berbagai sumber cahaya dapat dipilih berdasarkan indeks perubahan warna.
 Tabel 2.4 Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan
(Sumber : Suhadri, 2008)

Tingkat Penerangan (Lux)
Area Kegiatan
Pencahayaan umum untuk ruangan dan area yang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas atau visual sederhana
20
Layanan penerangan yang minimum dalam area sirkulasi luar ruangan, pertokoan di daerah terbuka, halaman tempat penyimpanan
50
Tempat pejalan kaki dan panggung
70
Ruang boiler
100
Halaman trafo, ruangan tungku
150
Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan
Pencahayaan umum untuk interior
200
Layanan penerangan yang minimum tugas
300
Meja dan mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip
450
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis

Tabel 2.4 Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan (Lanjutan)

Tingkat Penerangan (Lux)
Area Kegiatan
Pencahayaan tambahan setempat untuk tugas visual yang tepat
1500
Pekerjaan mesin dan di aras meja yang sangat halus, perakitan mesin presisi kecil dan instrumen, komponen elektronik, pengukuran dan pemeriksaan. Bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)
3000
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran
Sedangkan menurut PMP no. 7 tahun 1964, tingkat penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas) di tempat kerja tercantum dalam tabel 2.4 
Tabel 2.4 Tingkat Penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas)
di Masing-Masing Area Kerja
Area Kegiatan
Tingkat Penerangan Minimal (Lux)
Penerangan darurat
5 lux
Penerangan untuk halaman dan jalan dalam lingkungan perusahaan
20 lux
Pekerjaan yang membedakan barang kasar, seperti:
1.      Mengerjakan bahan-bahan kasar
2.      Mengerjakan arang atau abu
3.      Mengerjakan barang-barang yang besar
4.      Mengerjakan bahan tanah atau batu
5.      Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai
6.      Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar
50 lux
Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas, seperti:
1.      Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai
2.      Pemasangan yang kasar
3.      Penggilingan padi
4.      Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
5.      Mengerjakan bahan-bahan pertanian
6.      Kamar mesin dan uap
7.      Alat pengangkut orang dan barang
8.      Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
9.      Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
10.  Kakus, tempat mandi dan tempat kencing
100 lux




Tabel 2.4 Tingkat Penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas)
di Masing-Masing Area Kerja (lanjutan)

Area Kegiatan
Tingkat Penerangan Minimal (Lux)

Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil agak teliti, seperti:
1.        Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak kasar)
2.        Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
3.        Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang
4.        Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda
5.        Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng
6.        Pembungkusan daging
7.        Mengerjakan kayu
8.        Melapis perabot

200 lux
Pekerjaan perbedaan yang teliti daripada barang-barang kecil, seperti:
1.        Pekerjaan mesin yang teliti
2.        Pemeriksaan yang teliti
3.        Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
4.        Pembuatan tepung
5.        Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda
6.        Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
300 lux
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras sedang dan dalam waktu yang lama, seperti:
1.      Pemasangan yang halus
2.      Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
3.      Pemeriksaan yang halus
4.      Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
5.      Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
6.      Penjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
7.      Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama dan teliti
500-1000 lux
Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama, seperti:
1.      Pemasangan ekstra halus (arloji, dll)
2.      Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)
3.      Percobaan alat-alat yang ekstra halus
4.      Tukang mas dan intan
5.      Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakan
6.      Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam percetakan
7.      Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua
Paling sedikit 1000 lux

Nilai pantulan (Reflektan) yang dianjurkan menurut Suma’mur dalam Firmansyah (2010) dapat dilihat pada tabel 2.5:
Tabel 2.5 Nilai Pantulan (Reflektan)
(Sumber : Suma’mur dalam Firmansyah, 2010)
No
Jenis Permukaan
Reflektan (%)
1
Langit-langit
80 -90
2
Dinding
40 - 60
3
Perkakas (mebel)
25 – 45
4
Mesin dan perlengkapannya
30 – 50
5
Lantai
20 - 40

2. 7      Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja
Menurut Suhadri (2008), aplikasi penerangan di tempat kerja, secara umum dapat dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan, yaitu:
1.      Desain tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan.
Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana kerja. Desain instalasi penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan, pantulan dan bayang-bayang serta untuk tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
2.      Identifikasi dan penilaian problem dan kesulitan penerangan.
Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktor-faktor yang harus diperhitungkan adalah: sumber penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan.
3.      Penggunaan pencahayaan alami siang hari
Manfaat dari pemakaian cahaya alami pada siang hari sudah dikenal dari pada cahaya listrik, namun cenderung terjadi peningkatan pengabaian terutama pada ruang kantor modern yang berpenyejuk dan perusahaan komersial seperti hotel, plaza perbelanjaan dan sebagainya.
Sebuah rancangan yang bagus yang memadukan kaca atap dengan bahan FRP bersamaan dengan langit-langit transparan dan tembus cahaya dapat memberikan pencahayaan bagus bebas silau; langit-langit juga akan memotong panas yang datang dari cahaya alami.
Pemakaian atrium dengan kubah FRP pada arsitektur dasar dapat menghilangkan penggunaan cahaya listrik pada lintasan gedung-gedung tinggi.
Cahaya alam dari jendela harus juga digunakan. Walau begitu, hal ini harus dirancang dengan baik untuk menghindari silau. Rak cahaya dapat digunakan untuk memberikan cahaya alami tanpa silau.
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan  Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
1.      Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2.      Kontras sesuai dengan kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
3.      Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon.
4.      Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.
5.      Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

2. 8      Pengukuran Intensitas Cahaya di Dalam Ruang Kerja
Menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja menggunakan alat luxmeter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energy listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja adalah sebagai berikut:
1.      Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
2.      Menentukan titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum
Penerangan setempat adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti berikut:
Penerangan umum adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan luas ruangan sebagai berikut:
a.       Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
b.      Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
c.       Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
(selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja)
3.      Syarat-syarat dalam pengukuran:
a.       Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan
b.      Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
4.      Penggunaan luxmeter:
a.       Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor
b.      Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
c.       Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d.      Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat


DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, F., 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata PAda Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta Timur. Skripsi : Universitas Sebelas Maret
Peraturan Menteri Perburuhan no. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
Soeripto, 2008. Higiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suhadri, B., 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

5 komentar:

Unknown mengatakan...

cukup membantu tapi mungkin harus ditambahi faktor yang mempengaruhi baik tidaknya pencahayaan di tempat kerja, seperti ukuran objek, derajat kontras, tingkat ilumunisasi , dan distribusi arah cahaya

Unknown mengatakan...

permisi,
ijin copas ya..,materi tentang pencahayaan nya...
sangat bermanfaaat. terimakasih.

benny mengatakan...

terima kasih atas artikelnya, bermanfaat untuk sy yg bekerja di K3 tapi bukan ahli K3.....

informasi bisnis mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
informasi bisnis mengatakan...

gunakan tiang lampu jalan dengan ukuran 3-9 meter, untuk Harga Tiang Lampu jalan 3 Meter bisa langsung tanyakan pada pabrikasi tiang lampu terdekat.

Posting Komentar