Sabtu, 21 Mei 2011

Mie Instan di Kalangan Masyarakat

Siapa yang tidak mengenal mie instan? Makanan itu memang fenomenal di Indonesia, makanan yang mudah didapat, mudah diolah, murah dan enak yang menjadi alasan mengapa banyak orang menyukainya. Sifatnya yang praktis, bervariasi, dan harganya terjangkau merupakan daya tarik yang luar biasa.Dengan perkembangan yang serba cepat dan praktis turut pula menjadi alasan mengapa banyak orang memilihnya. Meskipun sering beredar rumor soal efek buruk konsumsi mie instan bagi tubuh, penjualan produk makanan ini seperti tak terpengaruh. Konsumsi mie instan di negeri ini sudah menembus lima kilogram per kapita pada 2005.
Mie instan adalah produk olahan mie yang telah mengalami proses pemasakan lanjutan (instanisasi), yaitu dikukus dan digoreng atau dikeringkan dengan udara panas hingga titik gelatinisasinya, lalu dikemas. Proses ini memungkinkan tingkat kemasakan mi yang sempurna dapat dicapai hanya dalam 3-5 menit perebusan. Mie instan diciptakan oleh Momofuku Ando pada 1958, yang kemudian mendirikan perusahaan Nissin dan memproduksi produk mi instan pertama di dunia Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mi Jepang) rasa ayam. Peristiwa penting lainnya terjadi pada 1971 ketika Nissin memperkenalkan mi dalam gelas bermerek Cup Noodle. Kemasan mie adalah wadah styrofoam tahan air yang bisa digunakan untuk memasak mi tersebut. Inovasi berikutnya termasuk menambahkan sayuran kering ke gelas, melengkapi hidangan mie tersebut. Menurut sebuah survei Jepang pada tahun 2000, mie instan adalah ciptaan terbaik Jepang abad ke-20, (Karaoke di urutan kedua dan CD hanya di urutan ketiga). Hingga 2002, setidaknya ada 55 juta porsi mie instan dikonsumsi setiap tahunnya di seluruh dunia. Berdasarkan jenisnya, mi digolongkan menjadi tiga, yaitu mi basah, mi kering, dan mi instan.
Semula makanan instan disiapkan untuk para astronot yang akan melakukan perjalanan ke luar angkasa ataupun tentara yang sedang berperang. Agar makanan mudah diolah, tetapi bercita rasa enak dan tahan lama, ditambahkanlah sejumlah bahan tambahan makanan.
Dalam perkembangannya, industri pun memanfaatkan berbagai bahan tambahan makanan ini, baik pengawet, perisa, penguat rasa, pewarna, pengembang adonan, penstabil adonan, pembuat emulsi, pembuat tekstur, dan zat pewarna agar warnanya menarik.maupun berbagai jenis lainnya. Bahan tersebut membuat produksi makanan menjadi lebih murah, bisa dimanfaatkan dalam waktu lama, serta sebarannya pun menjadi lebih luas.
Meskipun begitu, dari sisi kesehatan, makanan popular ini bukan untuk semua orang. Orang yang menderita sakit maag, tidak disarankan untuk mengonsumsi mie karena mengandung ragi sehingga akan menambah gas di lambungnya. Selain itu, kandungan monosodium glutamat (MSG) pada mi instan juga sebaiknya dihindari oleh pengidap tekanan darah tinggi. Natrium pada MSG akan membuat tekanan darah tinggi meningkat. Selain itu, MSG juga dapat mengganggu fungsi kerja otak.
Dalam mie instan, jenis bahan tambahan makanan yang ada, antara lain, pemantap nabati, pengatur keasaman, pewarna, dan antioksidan. Sedangkan yang ada dalam bumbu umumnya berupa penguat rasa, perisa, dan berbagai jenis vitamin. Dalam kecap dan saus cabai umumnya terdapat pengawet dan pengental. Bahan tambahan tersebut ada yang bersifat sintetik ataupun alami. Dalam batas normal, penggunaan bahan tambahan makanan tidak akan memengaruhi kesehatan. Sejumlah bahan tambahan makanan memiliki risiko bagi mereka yang memiliki gangguan kesehatan dan hipersensitif, oleh sebab itu bagi penderita autis, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pabrikan sama sekali. Kandungan pewarna kuning (tartrazin) yang terdapat dalam mi instan lebih berbahaya bagi kesehatan. Pewarna tersebut bisa membuat kekambuhan pada penderita penyakit asthma dan efek-efek negatif lainnya pada kesehatan seperti kanker dan penyakit lambung lainnya.
Selain itu, mie instan juga ada lapisan lilin anti lengket. Lilin atau zat kimia lain sejenis wax tersebut digunakan agar mi tidak lengket dan menyatu ketika dimasak. Lilin yg terkandung dalam mie instan bisa membuat usus mengalami iritasi akibatnya penyerapan nutrisi dari makanan lain tidak bisa optimal. Selain itu, ada dugaan bahwa zat lilin tersebut mengandung bahan karsinogenik, bahan yang dapat menimbulkan terjadinya kanker. Untuk itu, agar mengurangi kadar lilin dalam mie instan, pada saat akan memasak, didihkan air agak banyak, lalu kita tunggu sampai mendidih. Setelah itu, kita pisahkan air menjadi dua bagian (tuang ke dalam dua panci berbeda). Masukkan mie ke panci pertama (atau panci pencuci lilin mie), dan didihkan kembali. Tunggu hingga air menjadi agak menguning (ini tanda bahwa lapisan lilin yang terdapat di permukaan mie instan mulai luntur). Setelah itu, angkat dan tiriskan. Jika menginginkan mie instan kuah, masukkan mie yang telah ‘dicuci’ ke dalam panci kedua, didihkan sebentar.
Kebanyakan minyak dalam kemasan mie instant adalah minyak jenuh, kandungan trans fatty acid, adalah minyak yang umumnya ditakuti para wanita karena bisa menyebabkan timbunan lemak terutama didaerah perut yang bisa menyebabkan banyak komplikasi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan lemak.
Mie instan adalah salah satu makanan yang tidak banyak mengandung serat, yang namanya kurang serat, ini bisa menyebabkan BAB (Buang Air Besar) kita tidak lancar, kegemukan tentunya, paling menakutkan juga adalah kanker usus besar dan bisa jadi diabetes.
Karena sebab-sebab di atas, jika ingin mengkonsumsi mie instan lagi, jangka waktunya paling tidak tiga sampai lima hari. Hal ini karena tubuh manusia baru benar-benar dapat mengeluarkan seluruh zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan (dalam hal ini adalah mie instan) dalam jangka waktu tiga sampai lima hari. Jika kurang dari jangka waktu tersebut, dikhawatirkan terjadi penumpukan zat-zat kimia di dalam tubuh yang dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, mengganggu metabolisme tubuh, dan salah satunya dapat menimbulkan kanker. Sering makan mie instant tidak baik untuk kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan rambut sering rontok, kanker usus, ginjal batu, gagal ginjal, dan mungkin bisa penyakit lainnya. Selain itu, konsumsi mie instan setiap hari dapat meningkatkan kemungkinan atau resiko seseorang untuk terjangkiti kanker.
Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit. Namun, sifat karbohidrat dalam mi berbeda dengan sifat yang terkandung di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi merupakan karbohidrat kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama. Sedangkan karbohidrat dalam mi instan sifatnya lebih sederhana sehingga mudah diserap. Akibatnya, mie instan memberi efek lapar lebih cepat dibanding nasi. Menurut Prof dr Made Astawan dalam buku Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan, sumbangan gizi dalam semangkuk mi siap santap kemasan 75 gram adalah sekitar 8 gram protein, 45 gram karbohidrat, 15 gram lemak, serta sejumlah protein dan vitamin. Total energi yang diperoleh sekitar 350 kilokalori energi.
Agar asupan gizi yang kita peroleh dari sebungkus mi instan lebih baik, dalam penyajiannya, kita disarankan menambahkan bahan-bahan lain untuk meningkatkan mutu gizi makanan tersebut. Bahan-bahan yang bisa ditambahkan adalah telur untuk meningkatkan kadar protein dan sayuran, seperti wortel, tomat, kol, sawi, atau tauge agar kadar vitamin dan mineralnya meningkat.  Itu sebabnya, mi instan tidak disarankan sebagai pengganjal perut satu-satunya setiap hari. Selain karena punya kandungan energi sedikit, mutu gizinya juga kurang. Namun, untuk menjaga kesehatan tubuh kita, lebih baik kita mengkonsumsi sayur dan buah daripada mengkonsumsi mie instan dan tidak mengkonsumsi mie instan secara berlebihan atau sering.

Kamis, 05 Mei 2011

pertama

pertama-tama.....