Kamis, 04 April 2013

JENIS PEKERJAAN DAN FAKTOR RESIKONYA


1.      Jenis pekerjaan : Tukang Bangunan
Risk factor :
a.       Awkward body positions
i)        Bekerja dengan tangan di atas kepala, dapat menyebabkan tangan kram dan kepala terasa berat dan pusing
ii)      Neck bent more than 30º, dapat menyebabkan leher terasa kaku, kepala pusing dan berat
iii)    Squatting, dapat menyebabkan kepala pusing dan kaki kesemutan
b.      High hand force : Gripping dengan seluruh tangan, dapat menyebabkan tangan kesemutan dan mati rasa
c.       Highly repetitive motion
Dilakukan terus menerus selama kurang lebih 2 jam dapat menyebabkan kram, kesemutan, mati rasa dan meningkatkan resiko luka-luka
d.      Repeated impact
Dilakukan terus menerus selama kurang lebih 2 jam dapat menyebabkan kram, kesemutan, mati rasa, dan meningkatkan resiko luka-luka (terutama patah tulang)
e.       Heavy, frequent, or awkward lifting
i)        Lifting object more than 34 kg per day and 25 kg more than 10 times per day, dapat menyebabkan sakit punggung, punggung terasa pegal, tangan nyeri, dsb
ii)      Lifting objects weighing more than 11.4 kg (25 lbs) above the shoulders, dapat menyebabkan sakit pada bahu, nyeri, dsb
f.       Moderate to high hand-arm vibration
i)        Using impact wrenches, carpet strippers, chain saws, percussive tools, dapat menyebabkan tangan kram sampai mati rasa, pundak kaku, dsb
ii)      Using grinders, sanders, jig saws, or other hand tools that typically have moderate vibration levels. Dapat menyebabkan tangan kram sampai mati rasa, dsb

2.      Jenis pekerjaan : Kasir Swalayan
Risk factor :
a.       Highly repetitive motion : Performing intensive keying, dapat menyebabkan tangan kram, leher dan pundak kaku, mata lelah, kepala berat dan pusing

3.      Jenis pekerjaan : Tukang Batu
Risk factor :
a.       Awkward body positions
i)        Bekerja dengan tangan di atas kepala, dapat menyebabkan tangan kram dan kepala terasa berat dan pusing
ii)      Neck bent more than 30º, dapat menyebabkan leher terasa kaku, kepala pusing dan berat
b.      Highly repetitive motion
Dilakukan terus menerus selama kurang lebih 2 jam dapat menyebabkan kram, kesemutan, mati rasa dan meningkatkan resiko luka-luka
c.       Highly repetitive motion
Dilakukan terus menerus selama kurang lebih 2 jam dapat menyebabkan kram, kesemutan, mati rasa dan meningkatkan resiko luka-luka

4.      Jenis pekerjaan : Tukang Angkut Sampah
Risk factor :
a.       Awkward body positions
i)        Bekerja dengan tangan di atas kepala, dapat menyebabkan tangan kram dan kepala terasa berat dan pusing
ii)      Neck bent more than 30º, dapat menyebabkan leher terasa kaku, kepala pusing dan berat
b.      Highly repetitive motion
Dilakukan terus menerus selama kurang lebih 2 jam dapat menyebabkan kram, kesemutan, mati rasa dan meningkatkan resiko luka-luka
c.       Repeated impact
Dilakukan terus menerus selama kurang lebih 2 jam dapat menyebabkan kram, kesemutan, mati rasa, dan meningkatkan resiko luka-luka (terutama patah tulang)
d.      Heavy, frequent, or awkward lifting
iii)    Lifting object more than 34 kg per day and 25 kg more than 10 times per day, dapat menyebabkan sakit punggung, punggung terasa pegal, tangan nyeri, dsb
e.       Lifting objects weighing more than 11.4 kg (25 lbs) above the shoulders, dapat menyebabkan sakit pada bahu, nyeri, dsb


STATUS GIZI


Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS (World Health Organization-National Centre for Health Statistics).
Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1.      Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2.      Gizi baik untuk well nourished
3.      Gizi kurang untuk underweight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori Malnutrition)
4.      Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwashiorkor, dan kwashiorkor.
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau  gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energy dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada Balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.
Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya Nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor.
1.      Tanda-tanda klinis
Pada pemeriksaan klinis, penderita KEP akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a.       Marasmus
1)      Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
2)      Wajah seperti orang tua
3)      Cengeng, rewel
4)      Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada
5)      Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air besar, serta penyakit kronik
6)      Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang
b.      Kwashiorkor
1)      Oedema umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada posisi berdiri dan duduk
2)      Wajah membulat dan sembab
3)      Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus-menerus
4)      Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
5)      Anak sering menolak segala jenis makanan
6)      Pembesaran hati
7)      Sering disertai infeksi, anemia, dan diare
8)      Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
9)      Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas
10)  Pandangan mata anak nampak sayu
c.       Marasmus-kwashiorkor
Tanda-tanda marasmic-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor.
2.      Metode penentuan
Untuk mendeteksi KEP, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap target organ yang meliputi :
a.       Kulit seluruh tubuh terutama wajah, tangan, dan kaki
b.      Otot-otot
c.       Rambut
d.      Mata
e.       Hati
f.       Muka
g.      Gerakan motorik
3.      Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik pada anak target organ banyak mengalami perubahan sesuai dengan tanda-tanda klinis yang KEP, maka ada petunjuk bahwa anak tersebut kemungkinan besar menderita KEP. Meskipun demikian perlu dicermati bahwa penilaian KEP masih memerlukan pengamatan lebih lanjut apakah termasuk marasmus, kwashiorkor, atau marasmus-kwashiorkor sesuai dengan tanda-tanda yang lebih spesifik.
Dalam penyajian nilai indeks antropometri, saat ini diketahui ada tiga cara yang sering digunakan, yaitu :
1.      Nilai persen terhadap median rujukan
Prinsip perhitungan nilai persen terhadap median rujukan adalah membandingkan berat badan maupun tinggi badan individu dengan nilai median baku rujukan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :



2.      Nilai Z-Score dari median rujukan
Jika hasil pengukuran nilai Riil berdasarkan indeks BB/U, TB/U atau BB/TB lebih besar atau sama dengan nilai median Baku Antropometri WHO-NCHS, maka rumus yang dipakai adalah :
Sedangkan jika hasil pengukuran nillai Riil berdasarkan indeks BB/U, TB/U, atau BB/TB lebih kecil dari nilai median baku antropometri WHO-NCHS, maka rumus yang dipakai adalah :
  


3.      Nilai persentil dari sebaran nilai rujukan
Jika Z-Score (P) > 0 maka nilai persentil = P x 100, dan jika Z-Score (P) £ 0 maka nilai persentil = 100 – (P x 100)

Dalam kegiatan surveilans gizi ini, peneliti menggunakan penyajian nilai indeks antropometri dengan cara menyajikan nilai persen terhadap median rujukan karena cara penyajian tersebut mudah diaplikasikan dalam penghitungan.