Jumat, 25 Mei 2012

FILSAFAT ILMU


Pengertian dan Pandangan tentang Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian atau cabang dari filsafat yang lahir di abad ke-18. Cabang filsafat ini merupakan bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu. Beberapa istilah asing untuk menyebut bidang pengetahuan ini ialah :
v   wissenschaftlehre (filsafat ilmu)
v   philosophy of science (filsafat ilmu)
v   metascience (adi ilmu)
v   methodology (metodologi)
v   science of science (ilmu tentang ilmu)
v   scientia scientiarum (ilmu tentang ilmu)
Berikut ini beberapa definisi filsafat ilmu yang diringkas dari The Liang Gie (2000 : 57-61) :
v   Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual (A. Cornelius Benjamin).
v   Penelaahan tenteng logika intern dari teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah (Michael V. Berry).
v   Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang dilakukan filsafat pada seluruh pengalaman manusia. Di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan ; di pihak lain filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan dan tindakan, termasuk teorinya sendiri, dengan harapan terhapusnya ketakajegan dan kesalahan (Peter Caws).
v   Ilmu pada garis besarnya bersangkutan dengan apa yang dapat dianggap sebagai fakta tentang dunia yang kita alami. Filsafat ilmu di pihak lain dalam garis besarnya bersangkutan dengan sifat dasar fakta ilmiah – atau dengan kata lain, bersangkutan dengan fakta-fakta mengenai fakta-fakta tentang dunia (D. W. Theobald).
v   Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif  terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia (The Liang Gie).
Berbagai definisi tersebut di atas bukan terutama untuk dihafalkan dan semata-mata sebagai kamus ensiklopedis, melainkan memiliki nilai strategis dalam menunjukkan bahwa pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai ilmu pada akhirnya penting dan bermanfaat bagi lahir, tumbuh, dan kokohnya ilmu.

Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lainnya
v   Cabang-cabang Pokok Filsafat
1.       Logika, yang memuat :
·         Logika formil (logic), yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati supaya kita berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Buku logika yang terkenal dalam sejarah : “organon” karya Aristoteles.
·         Logika materiil / kritik (epistemologi)
Yang memandang isi pengetahuan (materiil) dan bagaimana isi ini dapat dipertanggungjawabkan. Jadi mempelajari perihal :
o Sumber-sumber dan asalnya pengetahuan
o Alat-alat pengetahuan
o Proses terjadinya pengetahuan
o Kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas pengetahuan
o Kebenaran dan kekeliruan
o Metode ilmu pengetahuan
2.      Metafisika / ontologi
Hal ini mengupas tentang :
·         Apakah arti ada itu ?
·         Apakah kesempurnaannya ada itu ?
·         Apa tujuannya ada itu ?
·         Apakah sebab dan akibat ?
·         Apakah yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap barang yang ada itu ?
Jadi : apakah sesungguhnya hakikat daripada segala sesuatu itu ?
3.      Kosmologi (Philosophy of Nature)
Hal ini membicarakan tentang asal mula atau sumber dan susunan atau struktur dari alam semesta.
4.      Filsafat Tentang Manusia (Philosophy of Man / Anthropologia Metafisika)
Sebetulnya inilah yang mennjadi inti dan pangkalan kita. Orang mengetahui tentang “ada” itu dari adanya sendiri. Jadi direnungkanlah mengenai :
·         Apakah arti “ada” itu dalam diri kita ?
·         Apakah kodrat kita ?
·         Bagaimanakah susunan manusia atas badan dan jiwa ?
·         Bagaimanakah datangnya pengetahuan itu ?
·         Apakah kehendak bebas itu ?
·         Apakah artinya kepribadian itu ?
5.      Etika / Filsafat Moral
Manusia itu yakin dan wajib berbuat baik dan menghindarkan yang  tidak baik itu menimbulkan berbagai soal yaitu :
·         Apakah yang disebut baik itu?
·         Apakah yang buruk itu ?
·         Apakah ukuran baik buruk itu ?
·         Apakah suara batin itu?
·         Mengapa orang terikat oleh kesusilaan?
6.      Theodycea ( Natural Theology )
Hal inilah yang merupakan konsekuensiterakhir dari seluruh pandangan filsafat. Renungan tentang pengetahuan kita itu membuktikan bahwa manusia itu bukan sumber dari segala-galanya, bukan sumber daripada segala pengetahuan, bukan sumber daripada dunia, dan bukan sumber pengetahuan yang sempurna.
Singkatnya bahwa ia bukan yang mutlak, sebab itu harus dicari sumber yang terdalam dan sebab yang terakhir, yang mengatasi manusia sendiri dan dunia. Hingga akhirnya kita sampai kepada Hyanh Maha Bijaksana, Hyang Manon, Hyang Maha Sempurna, Hyang Hana.
  
v   Beberapa Kerjasama Antara Filsafat (termasuk filsafat ilmu) dengan Ilmu-ilmu Khusus Dewasa Ini :
·         Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafat, dan suatu perubahan besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat.
·         Filsafat dapat membantu membedakan ilmu dengan scientisme (paham yang memutlakkan metode dan kebenaran, sehingga tidak mengakui kebenaran di luar ilmu). Jadi filsafat dapat berdialog dengan ilmu untuk menemukan dan memperlihatkan filsafat tersembunyi dari ilmu (tim dosen filsafat ilmu UGM, 2001:59).
·         Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Searah dengan spesialisasi ilmu maka banyak ilmuwan yang hanya menguasai suatu wilayah sempit dan hampir tidak tahu menahu apa yang dikerjakan di wilayah ilmu lainnya (Bertens, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:59). Filsafat bertugas untuk tetap memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detil-detilnya.

Lingkup Bahasan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sampai saat ini telah berkembang pesat hingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas (ekstensif) dan mendalam (intensif). Beberapa bidang konsentrasi utama dalam filsafat ilmu yang bisa menjadi inspirasi ekstensifikasi dan intensifikasi lebih lanjut dapat diasalkan pada hal-hal berikut:
·         Menurut Loren Bagus
Dalam bukunya Kamus Filsafat, disebutkan bahwa filsafat ilmu berkonsentrasi pada studi-studi berikut:
1.      Studi: (a) konsep, pengandaian-pengandaian, dan metodologi ilmu, (b) analisis konseptual dan linguistiknya, (c) ekstensi dan rekonstruksi bagi aplikasi yang lebih konsisten dan tepat dalam memperoleh pengetahuan.
2.      Studi dan pembenaran proses-proses penalaran dalam ilmu dan struktur simboliknya.
3.   Studi tentang bagaimana ilmu-ilmu bersifat saling terkait, serupa, atau berbeda dan tingkat dimana mereka menunjukkan suatu paradigma metode ilmiah.
4.   Studi tentang konsekuensi-konsekuensi pengetahuan ilmiah bagi hal-hal seperti: persepsi kita tentang realitas; pemahaman kita tentang proses-proses realitas atau alam semesta; hubungan logika dan matematika dengan relitas; status entitas-entitas teoritis; sumber-sumber pengetahuan dan keabsahannya; hakikat kemanusiaan, nilainya dan tempatnya dalam proses-proses sekitarnya.
·         Menurut Peter Angeles
Filsafat ilmu mempunyai 4 bidang konsentrasi yang utama:
1.   Telaah mengenai berbagai konsep,pra anggapan dan metode ilmu berikut analisis perluasan dan penyusunaqn untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2.   Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangnya 
3.   Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.
4. Telaah mnegenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas,hubungan logika dan matematika dengan realitas,entitas teoritis,sumber dan keabsahan pengetahuan serta sifat dasar kemanusiaan (dalam The Liang Gie,2000:65).

Problem-problem Filsafat Ilmu   
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu yang sekaligus menjadi problem-problem cakupan filsafat seumumnya. The Liang Gie (2000:83) setelah merangkum berbagai pendapat tentang problem-problem filsafat ilmu, akhirnya menertibkannya dalam enam problem mendasar :
1.  Problem-problem filsafat ilmu, akhirnya menertibkannya dalam enam proble -problem epistemologis tentang ilmu
2.      Problem-problem metafisis tentang ilmu
3.      Problem-problem metodologis tentang ilmu
4.      Problem-problem logis tentang ilmu
5.      Problem-problem etis tentang ilmu
6.      Problem-problem estetis tentang ilmu
Meskipun secara disipliner ke-6 problem filsafat ilmu versi The Liang Gie di atas memiliki keluasan dan kedalaman yang mandiri, namun di kalangan pelajar filsafat ilmu, setidaknya di Indonesia, pemilahan problem-problem filsafat ilmu lebih diperas lagi ke dalam tiga permasalahan :
1.      Ontologi
Membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontology dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu.
2.      Epistemologi
 Membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain epistemology adalah suatu teori pengetahuan. Dalam epistemology yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan dan kebenaran. Epistemologi berkaitan dengan pemilahan dan kesesuaian antara realisme atas pengetahuan tentang proposisi, konsep-konsep kepercayaan, dsb, dengan realisme tentang objek yang tersusun atas “objek real”, fenomena, pengalaman, data indera, dsb (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:90).
3.      Dasar Aksiologis Ilmu
Membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Permasalahan aksiologi terkait dengan hakikat ilmu itu sendiri, yakni tentang netralitas ilmu dalam hubungannya dengan penerapan praktis ilmu di masyarakat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:90-91).

Pentingnya Filsafat Ilmu
v  Filsafat mengajar kita hidup dengan lebih sadar dan insyaf, memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya, sehingga kita dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya, kebesarannya maupun kelemahannya dan keterbatasannya.
v  Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
v  Sebaliknya seseorang yang sungguh-sungguh dewasa tidak pertama-tama mencari kepuasan dan kesenangannya sendiri dalam benda-benda, melainkan berusaha mempertahankan sikap yang objektif mengenai inti sari dan sifat-sifat barang-barang itu sendiri, bukannya pertama-tama atas perasaan dan pertimbangan-pertimbangan simpati atau antipati saja. Dan seseorang semakin pantass disebut “berkepribadian”, semakin mendekati kesempurnaan kemanusiaan, semakin memiliki “kebijaksanaan”, jika ia semakin mempunyai sikap objektif terhadap dunia ini.
v  Pelajaran filsafat mengajar dan melatih kita memandang dengan luas, jadi menyembuhkan kita dari kepicikan, dari ”Akuisme” dan “Akusentrisme”, artinya sifat memusatkan segala sesuatu kepada “si-Aku”, mencari jalan segala-galanya hanya untuk kepentingan dan kesenangan si-Aku saja, tak dapat memasuki pendapat orang lain, singkatnya: terlalu terbatas pandangannya.
v  Dari pelajaran filsafat kita diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.
v  Memberikan dasar-dasar pengetahuan kita, memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan kita merupakan kesatuan.
v  Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan kita. Sebab itu mengetahui kebenaran-kebenaran yang terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup kita sendiri. Hal ini akan nampak betul terutama dalam etika.
v  Khususnya bagi seorang pendidik (paedagog) filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya: ilmu mendidik, sosiologi, ilmu jiwa, dsb.
v  Filsafat ilmu antara lain dapat mensistematisasikan, meletakkan dasar, dan memberi arah kepada perkembangan sesuatu ilmu maupun usaha penelitian dari para ilmuwan untuk mengembangkan ilmu. Dengan mempelajari filsafat ilmu, proses pendidikan, pengajaran, dan penelitian dalam suatu bidang ilmu menjadi lebih mantap dan tidak kehilangan arah (The Liang Gie, 2000:64)

0 komentar:

Posting Komentar