Pengertian dan Pandangan tentang Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu merupakan bagian atau cabang dari filsafat yang lahir di abad ke-18.
Cabang filsafat ini merupakan bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara
filsafat dan ilmu. Beberapa istilah asing untuk menyebut bidang pengetahuan ini
ialah :
v wissenschaftlehre (filsafat ilmu)
v philosophy of science (filsafat ilmu)
v metascience (adi ilmu)
v methodology (metodologi)
v science of science (ilmu tentang ilmu)
v scientia scientiarum (ilmu tentang ilmu)
Berikut ini
beberapa definisi filsafat ilmu yang diringkas dari The Liang Gie (2000 :
57-61) :
v Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat
yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya serta letaknya
dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual (A. Cornelius
Benjamin).
v Penelaahan tenteng logika intern dari
teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah (Michael V. Berry).
v Filsafat ilmu merupakan suatu bagian
filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang dilakukan filsafat pada
seluruh pengalaman manusia. Di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan ; di pihak lain filsafat memeriksa secara kritis segala
hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan dan tindakan,
termasuk teorinya sendiri, dengan harapan terhapusnya ketakajegan dan kesalahan
(Peter Caws).
v Ilmu pada garis besarnya bersangkutan
dengan apa yang dapat dianggap sebagai fakta tentang dunia yang kita alami.
Filsafat ilmu di pihak lain dalam garis besarnya bersangkutan dengan sifat
dasar fakta ilmiah – atau dengan kata lain, bersangkutan dengan fakta-fakta
mengenai fakta-fakta tentang dunia (D. W. Theobald).
v Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi kehidupan manusia (The Liang Gie).
Berbagai
definisi tersebut di atas bukan terutama untuk dihafalkan dan semata-mata
sebagai kamus ensiklopedis, melainkan memiliki nilai strategis dalam
menunjukkan bahwa pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
ilmu pada akhirnya penting dan bermanfaat bagi lahir, tumbuh, dan kokohnya
ilmu.
Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lainnya
v Cabang-cabang Pokok Filsafat
1.
Logika,
yang memuat :
·
Logika
formil (logic), yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukum berpikir yang harus
ditaati supaya kita berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Buku logika
yang terkenal dalam sejarah : “organon” karya Aristoteles.
·
Logika
materiil / kritik (epistemologi)
Yang
memandang isi pengetahuan (materiil) dan bagaimana isi ini dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi mempelajari perihal :
o
Sumber-sumber
dan asalnya pengetahuan
o
Alat-alat
pengetahuan
o
Proses
terjadinya pengetahuan
o
Kemungkinan-kemungkinan
dan batas-batas pengetahuan
o
Kebenaran
dan kekeliruan
o
Metode
ilmu pengetahuan
2. Metafisika / ontologi
Hal ini mengupas tentang :
·
Apakah
arti ada itu ?
·
Apakah
kesempurnaannya ada itu ?
·
Apa
tujuannya ada itu ?
·
Apakah
sebab dan akibat ?
·
Apakah
yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap barang yang ada itu ?
Jadi : apakah sesungguhnya
hakikat daripada segala sesuatu itu ?
3. Kosmologi (Philosophy of Nature)
Hal ini membicarakan tentang
asal mula atau sumber dan susunan atau struktur dari alam semesta.
4. Filsafat Tentang Manusia (Philosophy of
Man / Anthropologia Metafisika)
Sebetulnya inilah yang
mennjadi inti dan pangkalan kita. Orang mengetahui tentang “ada” itu dari
adanya sendiri. Jadi direnungkanlah mengenai :
·
Apakah
arti “ada” itu dalam diri kita ?
·
Apakah
kodrat kita ?
·
Bagaimanakah
susunan manusia atas badan dan jiwa ?
·
Bagaimanakah
datangnya pengetahuan itu ?
·
Apakah
kehendak bebas itu ?
·
Apakah
artinya kepribadian itu ?
5. Etika / Filsafat Moral
Manusia itu yakin dan wajib
berbuat baik dan menghindarkan yang
tidak baik itu menimbulkan berbagai soal yaitu :
·
Apakah
yang disebut baik itu?
·
Apakah
yang buruk itu ?
·
Apakah
ukuran baik buruk itu ?
·
Apakah
suara batin itu?
·
Mengapa
orang terikat oleh kesusilaan?
6. Theodycea ( Natural Theology )
Hal inilah yang merupakan
konsekuensiterakhir dari seluruh pandangan filsafat. Renungan tentang
pengetahuan kita itu membuktikan bahwa manusia itu bukan sumber dari
segala-galanya, bukan sumber daripada segala pengetahuan, bukan sumber daripada
dunia, dan bukan sumber pengetahuan yang sempurna.
Singkatnya bahwa ia bukan yang
mutlak, sebab itu harus dicari sumber
yang terdalam dan sebab yang terakhir, yang mengatasi manusia sendiri dan
dunia. Hingga akhirnya kita sampai kepada Hyanh Maha Bijaksana, Hyang Manon,
Hyang Maha Sempurna, Hyang Hana.
v Beberapa Kerjasama Antara Filsafat (termasuk filsafat ilmu) dengan
Ilmu-ilmu Khusus Dewasa Ini :
·
Hubungan
ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan ilmiah
teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafat, dan suatu perubahan besar
dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat.
·
Filsafat
dapat membantu membedakan ilmu dengan scientisme (paham yang memutlakkan metode
dan kebenaran, sehingga tidak mengakui kebenaran di luar ilmu). Jadi filsafat
dapat berdialog dengan ilmu untuk menemukan dan memperlihatkan filsafat
tersembunyi dari ilmu (tim dosen filsafat ilmu UGM, 2001:59).
·
Filsafat
dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Searah dengan
spesialisasi ilmu maka banyak ilmuwan yang hanya menguasai suatu wilayah sempit
dan hampir tidak tahu menahu apa yang dikerjakan di wilayah ilmu lainnya (Bertens,
dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:59). Filsafat bertugas untuk tetap
memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detil-detilnya.
Lingkup Bahasan Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu sampai saat ini telah berkembang pesat hingga menjadi suatu bidang
pengetahuan yang amat luas (ekstensif) dan mendalam (intensif). Beberapa bidang
konsentrasi utama dalam filsafat ilmu yang bisa menjadi inspirasi
ekstensifikasi dan intensifikasi lebih lanjut dapat diasalkan pada hal-hal
berikut:
·
Menurut
Loren Bagus
Dalam
bukunya Kamus Filsafat, disebutkan
bahwa filsafat ilmu berkonsentrasi pada studi-studi berikut:
1. Studi: (a) konsep, pengandaian-pengandaian,
dan metodologi ilmu, (b) analisis konseptual dan linguistiknya, (c) ekstensi
dan rekonstruksi bagi aplikasi yang lebih konsisten dan tepat dalam memperoleh
pengetahuan.
2. Studi dan pembenaran proses-proses
penalaran dalam ilmu dan struktur simboliknya.
3. Studi tentang bagaimana ilmu-ilmu bersifat
saling terkait, serupa, atau berbeda dan tingkat dimana mereka menunjukkan
suatu paradigma metode ilmiah.
4. Studi tentang konsekuensi-konsekuensi
pengetahuan ilmiah bagi hal-hal seperti: persepsi kita tentang realitas;
pemahaman kita tentang proses-proses realitas atau alam semesta; hubungan
logika dan matematika dengan relitas; status entitas-entitas teoritis;
sumber-sumber pengetahuan dan keabsahannya; hakikat kemanusiaan, nilainya dan
tempatnya dalam proses-proses sekitarnya.
·
Menurut
Peter Angeles
Filsafat
ilmu mempunyai 4 bidang konsentrasi yang utama:
1. Telaah
mengenai berbagai konsep,pra anggapan dan metode ilmu berikut analisis
perluasan dan penyusunaqn untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan
cermat.
2. Telaah
dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur
perlambangnya
3. Telaah
mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu.
4. Telaah
mnegenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas,hubungan logika dan
matematika dengan realitas,entitas teoritis,sumber dan keabsahan pengetahuan
serta sifat dasar kemanusiaan (dalam The Liang Gie,2000:65).
Problem-problem Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu yang sekaligus menjadi problem-problem cakupan filsafat
seumumnya. The Liang Gie (2000:83) setelah merangkum berbagai pendapat tentang
problem-problem filsafat ilmu, akhirnya menertibkannya dalam enam problem
mendasar :
1. Problem-problem filsafat ilmu, akhirnya
menertibkannya dalam enam proble -problem epistemologis tentang ilmu
2. Problem-problem metafisis tentang ilmu
3. Problem-problem metodologis tentang ilmu
4. Problem-problem logis tentang ilmu
5. Problem-problem etis tentang ilmu
6. Problem-problem estetis tentang ilmu
Meskipun
secara disipliner ke-6 problem filsafat ilmu versi The Liang Gie di atas
memiliki keluasan dan kedalaman yang mandiri, namun di kalangan pelajar
filsafat ilmu, setidaknya di Indonesia, pemilahan problem-problem filsafat ilmu
lebih diperas lagi ke dalam tiga permasalahan :
1. Ontologi
Membahas tentang apa yang
ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori
tentang ada. Dasar ontology dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi
objek penelaahan ilmu.
2. Epistemologi
Membahas secara mendalam segenap proses yang
terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain
epistemology adalah suatu teori pengetahuan. Dalam epistemology yang dibahas
adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan,
kesadaran dan metode, validitas pengetahuan dan kebenaran. Epistemologi
berkaitan dengan pemilahan dan kesesuaian antara realisme atas pengetahuan
tentang proposisi, konsep-konsep kepercayaan, dsb, dengan realisme tentang
objek yang tersusun atas “objek real”, fenomena, pengalaman, data indera, dsb
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:90).
3. Dasar Aksiologis Ilmu
Membahas tentang manfaat yang
diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri
bahwa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan
kekuatan-kekuatan alam. Permasalahan aksiologi terkait dengan hakikat ilmu itu
sendiri, yakni tentang netralitas ilmu dalam hubungannya dengan penerapan
praktis ilmu di masyarakat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001:90-91).
Pentingnya Filsafat Ilmu
v Filsafat mengajar kita hidup dengan lebih
sadar dan insyaf, memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang
menerobos sampai inti sarinya, sehingga kita dengan lebih tegas dapat melihat
baik keunggulannya, kebesarannya maupun kelemahannya dan keterbatasannya.
v Dengan berfilsafat kita lebih menjadi
manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
v Sebaliknya seseorang yang sungguh-sungguh
dewasa tidak pertama-tama mencari kepuasan dan kesenangannya sendiri dalam
benda-benda, melainkan berusaha mempertahankan sikap yang objektif mengenai
inti sari dan sifat-sifat barang-barang itu sendiri, bukannya pertama-tama atas
perasaan dan pertimbangan-pertimbangan simpati atau antipati saja. Dan
seseorang semakin pantass disebut “berkepribadian”, semakin mendekati
kesempurnaan kemanusiaan, semakin memiliki “kebijaksanaan”, jika ia semakin
mempunyai sikap objektif terhadap dunia ini.
v Pelajaran filsafat mengajar dan melatih
kita memandang dengan luas, jadi menyembuhkan kita dari kepicikan, dari
”Akuisme” dan “Akusentrisme”, artinya sifat memusatkan segala sesuatu kepada
“si-Aku”, mencari jalan segala-galanya hanya untuk kepentingan dan kesenangan
si-Aku saja, tak dapat memasuki pendapat orang lain, singkatnya: terlalu
terbatas pandangannya.
v Dari pelajaran filsafat kita diharapkan
menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.
v Memberikan dasar-dasar pengetahuan kita,
memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan kita
merupakan kesatuan.
v Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan kita.
Sebab itu mengetahui kebenaran-kebenaran yang terdasar berarti mengetahui
dasar-dasar hidup kita sendiri. Hal ini akan nampak betul terutama dalam etika.
v Khususnya bagi seorang pendidik (paedagog)
filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang memberikan
dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti
misalnya: ilmu mendidik, sosiologi, ilmu jiwa, dsb.
v Filsafat ilmu antara lain dapat
mensistematisasikan, meletakkan dasar, dan memberi arah kepada perkembangan
sesuatu ilmu maupun usaha penelitian dari para ilmuwan untuk mengembangkan
ilmu. Dengan mempelajari filsafat ilmu, proses pendidikan, pengajaran, dan
penelitian dalam suatu bidang ilmu menjadi lebih mantap dan tidak kehilangan
arah (The Liang Gie, 2000:64)
0 komentar:
Posting Komentar