Dalam
menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang
sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS (World Health Organization-National Centre for Health Statistics).
Berdasarkan
baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Gizi
lebih untuk overweight, termasuk
kegemukan dan obesitas.
2. Gizi
baik untuk well nourished
3. Gizi
kurang untuk underweight yang
mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori
Malnutrition)
4. Gizi
buruk untuk severe PCM, termasuk
marasmus, marasmik-kwashiorkor, dan kwashiorkor.
Kurang
Energi Protein (KEP) adalah keadaan seseorang yang kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan
atau gangguan penyakit tertentu sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Anak disebut KEP apabila berat badannya
kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP
merupakan defisiensi gizi (energy dan protein) yang paling berat dan meluas
terutama pada Balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang
berpenghasilan rendah.
Orang
yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya Nampak
kurus. Namun gejala klinis KEP berat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor.
1. Tanda-tanda
klinis
Pada pemeriksaan
klinis, penderita KEP akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Marasmus
1) Anak
tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
2) Wajah
seperti orang tua
3) Cengeng,
rewel
4) Kulit
keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada
5) Sering
disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air besar, serta penyakit
kronik
6) Tekanan
darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang
b. Kwashiorkor
1) Oedema
umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada posisi berdiri dan duduk
2) Wajah
membulat dan sembab
3) Otot-otot
mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak
berbaring terus-menerus
4) Perubahan
status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
5) Anak
sering menolak segala jenis makanan
6) Pembesaran
hati
7) Sering
disertai infeksi, anemia, dan diare
8) Rambut
berwarna kusam dan mudah dicabut
9) Gangguan
kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas
10) Pandangan
mata anak nampak sayu
c. Marasmus-kwashiorkor
Tanda-tanda
marasmic-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmus
dan kwashiorkor.
2. Metode
penentuan
Untuk mendeteksi KEP,
maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap target organ yang meliputi :
a. Kulit
seluruh tubuh terutama wajah, tangan, dan kaki
b. Otot-otot
c. Rambut
d. Mata
e. Hati
f. Muka
g. Gerakan
motorik
3. Interpretasi
Apabila dalam pemeriksaan fisik
pada anak target organ banyak mengalami perubahan sesuai dengan tanda-tanda
klinis yang KEP, maka ada petunjuk bahwa anak tersebut kemungkinan besar
menderita KEP. Meskipun demikian perlu dicermati bahwa penilaian KEP masih
memerlukan pengamatan lebih lanjut apakah termasuk marasmus, kwashiorkor, atau
marasmus-kwashiorkor sesuai dengan tanda-tanda yang lebih spesifik.
Dalam penyajian nilai indeks
antropometri, saat ini diketahui ada tiga cara yang sering digunakan, yaitu :
1. Nilai
persen terhadap median rujukan
Prinsip perhitungan
nilai persen terhadap median rujukan adalah membandingkan berat badan maupun
tinggi badan individu dengan nilai median baku rujukan. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut :
2. Nilai
Z-Score dari median rujukan
Jika hasil pengukuran
nilai Riil berdasarkan indeks BB/U, TB/U atau BB/TB lebih besar atau sama
dengan nilai median Baku Antropometri WHO-NCHS, maka rumus yang dipakai adalah
:
Sedangkan jika hasil pengukuran nillai Riil berdasarkan
indeks BB/U, TB/U, atau BB/TB lebih kecil dari nilai median baku antropometri
WHO-NCHS, maka rumus yang dipakai adalah :
3. Nilai
persentil dari sebaran nilai rujukan
Jika Z-Score (P) >
0 maka nilai persentil = P x 100, dan jika Z-Score (P) £
0 maka nilai persentil = 100 – (P x 100)
0 komentar:
Posting Komentar