2. 1
Pengertian
Cahaya
Cahaya merupakan
satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa
dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya
dapat dibedakan dari energy cahaya lainnya dalam spectrum elektromagnetisnya
(Suhadri, 2008).
Menurut
Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,
pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
2. 2
Sistem
Pencahayaan
Menurut
Prabu dalam Firmansyah (2010), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:
1. Sistem
pencahayaan langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke
benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur
pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta
kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena
pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding
serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak
menyegarkan.
2. Pencahayaan
semi langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda
yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat
dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih
memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.
3. Sistem
pencahayaan difus (general diffuse
lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda
yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect
yakni memancarkan setengah cahaya ke
bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih
ditemui.
4. Sistem
pencahayaan semi tidak langsung (semi
indirect lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk
hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta
dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta
kesilauan dapat dikurangi.
5. Sistem
pencahayaan tidak langsung (indirect
lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.
Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan
perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien
cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
2. 3
Jenis-Jenis
Sistem Pencahayaan
Beberapa
jenis dan komponen sistem pencahayaan adalah (Suhadri, 2008):
1. Lampu
pijar (GLS)
Lampu
pijar bertindak sebagai badan abu-abu yang secara selektif memancarkan radiasi,
dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampa
udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar
tungsten, namun tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu
dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif
dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan
semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan.
Untuk lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen
dengan perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan khusus
seperti lampu sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi
kenaikan harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yang
terdapat dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga
daya hantar yang rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya
memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan
pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jika
patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan
sekering tidak begitu halnya.
Ciri-cirinya
adalah:
a. Efficacy
12 lumens/watt
b. indeks
perubahan warna – 1 A
c. Suhu
warna hangat (2500K – 2700K)
d. Umut
lampu – 2000 jam
2. Lampu
tungsten – halogen
Lampu
halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten
seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi
dengan gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak
naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen
bergabung pada dinding bola lampu membentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu
dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap.
Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi
terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari
kawat pijar – bukan ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya
terjadi dekat sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum
dimana suhu turun secara tajam.
Ciri-cirinya
adalah :
a. Efficacy 18
lumesn/watt
b. Indeks
perubahan warna – 1 A
c. Suhu
warna hangat (3000K – 3200K)
d. Umur
lampu – 4000 jam
Kelebihan
dari lampu ini adalah:
a. Lebih
kompak
b. Umur
lebih panjang
c. Lebih
banyak cahaya
d. Cahaya
lebih putih (suhu warna lebih tinggi)
Kekurangan
dari lampu ini adalah:
a. Lebih
mahal
b. IR
meningkat
c. UV
meningkat
d. Masalah
handling
3. Lampu
neon
Lampu
neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan dapat
bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap
gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang
tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki
uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi
biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm.
Bagian
dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk
menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki
efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu ‘katode panas’, sebab katode
dipanaskan sebagai bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat pijar
tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini
akan mengeluarkan electron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan ini tidak
boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu
menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah
merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam
merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini menyebabkan tekanan merkuri
optimum berada pada kisaran suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi
pencahayaan luar ruangan karena memiliki fitting yang kompak.
2. 4
Komponen
Pencahayaan
Elemen
yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector.
Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang
diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya
menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis
atau seperti kaca). Tingkat pemantulan bahan reflector dan bentuk reflektor
berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting.
Tabel berikut menggambarkan reflektan sebagai persentase cahaya.
Tabel 2.1
Reflektan sebagai Persentase Cahaya
(Sumber : Suhadri,
2008)
Bahan Warna
|
Reflektan (%)
|
Putih
|
100
|
Aluminium, kertas putih
|
80 - 85
|
Warna gading, kuning lemon, kuning
dalam, hijau muda, biru pastel, pink, pale, krim
|
60 – 65
|
Hijau lime, abu-abu plae, pink, orange
dalam, bluegrey
|
30 – 35
|
Biru langit, kayu pale
|
40 – 45
|
Pale oakwood, semen kering
|
30 – 35
|
Merah dalam, hijau rumput, kayu, hijau
daun, coklat
|
20 – 25
|
Biru gelap, merah purple, coklat tua
|
10 – 15
|
Hitam
|
0
|
Sedangkan
menurut Municipal and Rural Sanitation dalam
Soeripto (2008), faktor pantulan zat dengan bermacam-macam warna dapat dilihat pada tabel 2.2:
Tabel 2.2 Faktor
Pantulan Zat dengan Permukaan Bermacam-macam Warna
(Sumber :
Soeripto, 2008)
Klasifikasi
|
Koefisien
Pantulan (dalam %)
|
Plester putih
(dinding tembok)
|
90
– 92
|
“Flat Mill White” (mat)
|
75
– 90
|
Krem muda
|
74
|
Pink muda
|
67
|
Kuning muda
|
65
|
Biru muda
|
61
|
Kekuning-kuningan
muda (light Buff)
|
58
|
Abu-abu muda
|
49
|
Hijau muda
|
47
|
Medium blue
|
36
|
Medium grey
|
30
|
Merah
|
13
|
Karakteristik kinerja luminer yang
umum digunakan dapat dilihat pada tabel2.3.
Tabel 2.3 Karakteristik
Kinerja Pencahayaan dari Luminer yang Umum digunakan
|
|||||
Jenis Lampu
|
Lum/Watt
|
Indeks Perubahan Warna
|
Penerapan
|
Umur (Jam)
|
|
Kisaran
|
Rata-rata
|
||||
Lampu neon
|
46 - 60
|
50
|
Lapisan w.r.t yang baik
|
Kantor, pertokoan, rumah sakit, rumah
|
5000
|
Lampu neon kompak
|
40 - 70
|
60
|
Sangat baik
|
Hotel, pertokoan, rumah, kantor
|
8000 – 10000
|
Merkuri tekanan tinggi (HPMV)
|
44 - 57
|
50
|
Cukup
|
Penerangan umum di pabrik, garasi, tempat parker mobil, penerangan
berlebihan
|
5000
|
Lampu halogen
|
67 - 121
|
90
|
Cukup
|
Peraga, penerangan berlebihan, arena pameran, area konstruksi
|
2000 - 4000
|
Sodium tekanan tinggi (HPSV) SCN
|
67 - 121
|
90
|
Cukup
|
Penerangan umum di pabrik, gudang, penerangan jalan
|
6000 - 12000
|
2. 5
Dampak
Penerangan yang Tidak Baik
Penerangan
yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan
penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat
akan mengakibatkan (Suhadri, 2008):
1. Kelelahan
mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan
mental.
3. Keluhan
pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan
indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh
kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja,
termasuk (Suhadri, 2008):
1. Kehilangan
produktivitas
2. Kualitas
kerja rendah
3. Banyak
terjadi kesalahan
4. Kecelakan
kerja meningkat
2. 6
Merancang
Sistem Pencahayaan
Menurut
Suhadri (2008), setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada
permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas
yang bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja
lebih produktif. Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 sampai 200 lux. Hal
ini merupakan pertanyaan awal perancang sebelum memilih tingkat pencahayaan
yang benar. CIE (Commission International de l’Eclairage) dan IES (Illuminating
Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang
direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai nilai yang direkomendasikan
tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi
perancangan pencahayaan. Pertanyaan kedua adalah mengenai kualitas cahaya.
Dalam kebanyakan konteks, kualitas dibaca sebagai perubahan warna. Tergantung
pada jenis tugasnya, berbagai sumber cahaya dapat dipilih berdasarkan indeks
perubahan warna.
Tabel 2.4 Area
Kegiatan dan Tingkat Penerangan
(Sumber :
Suhadri, 2008)
Tingkat
Penerangan (Lux)
|
Area Kegiatan
|
|
Pencahayaan umum untuk ruangan dan
area yang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas atau visual sederhana
|
20
|
Layanan penerangan yang minimum dalam
area sirkulasi luar ruangan, pertokoan di daerah terbuka, halaman tempat
penyimpanan
|
50
|
Tempat pejalan kaki dan panggung
|
|
70
|
Ruang boiler
|
|
100
|
Halaman trafo, ruangan tungku
|
|
150
|
Area sirkulasi di industri, pertokoan
dan ruang penyimpan
|
|
Pencahayaan umum untuk interior
|
200
|
Layanan penerangan yang minimum tugas
|
300
|
Meja dan mesin kerja ukuran sedang,
proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat
arsip
|
|
450
|
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna,
tugas menggambar kritis
|
|
Tabel 2.4 Area Kegiatan dan Tingkat
Penerangan (Lanjutan)
|
||
Tingkat
Penerangan (Lux)
|
Area Kegiatan
|
|
Pencahayaan tambahan setempat untuk
tugas visual yang tepat
|
1500
|
Pekerjaan mesin dan di aras meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi kecil dan instrumen, komponen
elektronik, pengukuran dan pemeriksaan. Bagian kecil yang rumit (sebagian
mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)
|
3000
|
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,
misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran
|
Sedangkan
menurut PMP no. 7 tahun 1964, tingkat penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas) di
tempat kerja tercantum dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 Tingkat
Penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas)
di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan
|
Tingkat
Penerangan Minimal (Lux)
|
Penerangan
darurat
|
5 lux
|
Penerangan
untuk halaman dan jalan dalam lingkungan perusahaan
|
20 lux
|
Pekerjaan yang
membedakan barang kasar, seperti:
1.
Mengerjakan bahan-bahan kasar
2.
Mengerjakan arang atau abu
3.
Mengerjakan barang-barang yang besar
4.
Mengerjakan bahan tanah atau batu
5.
Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu
dipakai
6.
Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar
dan kasar
|
50 lux
|
Pekerjaan yang
membedakan barang-barang kecil secara sepintas, seperti:
1.
Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang
setengah selesai
2.
Pemasangan yang kasar
3.
Penggilingan padi
4.
Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
5.
Mengerjakan bahan-bahan pertanian
6.
Kamar mesin dan uap
7.
Alat pengangkut orang dan barang
8.
Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
9.
Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
10.
Kakus, tempat mandi dan tempat kencing
|
100 lux
|
Tabel 2.4
Tingkat Penerangan atau NAB (Nilai Ambang Batas)
di
Masing-Masing Area Kerja (lanjutan)
|
|
Area Kegiatan
|
Tingkat
Penerangan Minimal (Lux)
|
Pekerjaan
membeda-bedakan barang-barang kecil agak teliti, seperti:
1.
Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak kasar)
2.
Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
3.
Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap
barang-barang
4.
Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda
5.
Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam
kaleng
6.
Pembungkusan daging
7.
Mengerjakan kayu
8.
Melapis perabot
|
200 lux
|
Pekerjaan
perbedaan yang teliti daripada barang-barang kecil, seperti:
1.
Pekerjaan mesin yang teliti
2.
Pemeriksaan yang teliti
3.
Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
4.
Pembuatan tepung
5.
Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun
atau wol berwarna muda
6.
Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan
membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
|
300 lux
|
Pekerjaan
membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras sedang dan dalam waktu
yang lama, seperti:
1.
Pemasangan yang halus
2.
Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
3.
Pemeriksaan yang halus
4.
Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
5.
Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
6.
Penjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
7.
Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik
atau pekerjaan kantor yang lama dan teliti
|
500-1000 lux
|
Pekerjaan yang membedakan
barang-barang yang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu
yang lama, seperti:
1.
Pemasangan ekstra halus (arloji, dll)
2.
Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)
3.
Percobaan alat-alat yang ekstra halus
4.
Tukang mas dan intan
5.
Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakan
6.
Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
percetakan
7.
Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna
tua
|
Paling sedikit
1000 lux
|
Nilai
pantulan (Reflektan) yang dianjurkan menurut Suma’mur dalam Firmansyah (2010) dapat dilihat pada tabel 2.5:
Tabel 2.5 Nilai
Pantulan (Reflektan)
(Sumber :
Suma’mur dalam Firmansyah, 2010)
No
|
Jenis
Permukaan
|
Reflektan (%)
|
1
|
Langit-langit
|
80 -90
|
2
|
Dinding
|
40 - 60
|
3
|
Perkakas
(mebel)
|
25 – 45
|
4
|
Mesin dan
perlengkapannya
|
30 – 50
|
5
|
Lantai
|
20 - 40
|
2. 7
Pendekatan
Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja
Menurut
Suhadri (2008), aplikasi penerangan di tempat kerja, secara umum dapat
dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan, yaitu:
1. Desain
tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan.
Kebutuhan
intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu
mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana kerja. Desain
instalasi penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan, pantulan dan
bayang-bayang serta untuk tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
2. Identifikasi
dan penilaian problem dan kesulitan penerangan.
Agar
masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktor-faktor yang
harus diperhitungkan adalah: sumber penerangan, pekerja dalam melakukan
pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara
keseluruhan.
3. Penggunaan
pencahayaan alami siang hari
Manfaat
dari pemakaian cahaya alami pada siang hari sudah dikenal dari pada cahaya
listrik, namun cenderung terjadi peningkatan pengabaian terutama pada ruang
kantor modern yang berpenyejuk dan perusahaan komersial seperti hotel, plaza
perbelanjaan dan sebagainya.
Sebuah
rancangan yang bagus yang memadukan kaca atap dengan bahan FRP bersamaan dengan
langit-langit transparan dan tembus cahaya dapat memberikan pencahayaan bagus
bebas silau; langit-langit juga akan memotong panas yang datang dari cahaya
alami.
Pemakaian
atrium dengan kubah FRP pada arsitektur dasar dapat menghilangkan
penggunaan cahaya listrik pada lintasan gedung-gedung tinggi.
Cahaya
alam dari jendela harus juga digunakan. Walau begitu, hal ini harus dirancang
dengan baik untuk menghindari silau. Rak cahaya dapat digunakan untuk
memberikan cahaya alami tanpa silau.
Menurut
Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,
agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut:
1. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2. Kontras sesuai dengan kebutuhan, hindarkan
terjadinya kesilauan atau bayangan.
3. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan
berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon.
4. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran
yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.
5. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik
segera diganti.
2. 8
Pengukuran
Intensitas Cahaya di Dalam Ruang Kerja
Menurut
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, pengukuran
intensitas penerangan di tempat kerja menggunakan alat luxmeter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum
skala. Untuk alat digital, energy listrik diubah menjadi angka yang dapat
dibaca pada layar monitor.
Prosedur
kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 16-7062-2004
tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja adalah sebagai
berikut:
1. Luxmeter
dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
2. Menentukan
titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum
Penerangan setempat
adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa meja kerja maupun
peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka pengukuran dapat
dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat
seperti berikut:
Penerangan umum adalah
titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak
tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan
luas ruangan sebagai berikut:
a. Luas
ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
b. Luas
ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
c.
Luas ruangan lebih dari 100 meter
persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6
meter.
(selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja)
(selengkapnya bisa dilihat di SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja)
3.
Syarat-syarat dalam pengukuran:
a.
Pintu ruangan dalam keadaan sesuai
dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan
b.
Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan
sesuai dengan kondisi pekerjaan.
4.
Penggunaan luxmeter:
a.
Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor
b.
Bawa alat ke tempat titik pengukuran
yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk intensitas penerangan setempat
atau umum.
c.
Baca hasil pengukuran pada layar monitor
setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d.
Catat hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan untuk intensitas penerangan setempat
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah,
F., 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan
Terhadap Kelelahan Mata PAda Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT. Ikapharmindo
Putramas Jakarta Timur. Skripsi : Universitas Sebelas Maret
Peraturan
Menteri Perburuhan no. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta
Penerangan Dalam Tempat Kerja
Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas
Penerangan di Tempat Kerja
Soeripto,
2008. Higiene Industri. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Suhadri, B., 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
5 komentar:
cukup membantu tapi mungkin harus ditambahi faktor yang mempengaruhi baik tidaknya pencahayaan di tempat kerja, seperti ukuran objek, derajat kontras, tingkat ilumunisasi , dan distribusi arah cahaya
permisi,
ijin copas ya..,materi tentang pencahayaan nya...
sangat bermanfaaat. terimakasih.
terima kasih atas artikelnya, bermanfaat untuk sy yg bekerja di K3 tapi bukan ahli K3.....
gunakan tiang lampu jalan dengan ukuran 3-9 meter, untuk Harga Tiang Lampu jalan 3 Meter bisa langsung tanyakan pada pabrikasi tiang lampu terdekat.
Posting Komentar