Kamis, 20 September 2012

Surprise Cupcakes "Gangnam Style" Party :D

19 September 2012
Hari ini adalah hari ulang tahun akuh :D
Di pagi hari, tiba-tiba sohib gue yang bernama Firda sms akuh dan bertanya,
“Nin, dirimu sibuk gak? Ato di rumah ae?”
Dengan setengah sadar karena baru bangun tidur, aku pun membalasnya dengan mata terpejam separuh mata :
“Aku di rumah jeh, napa jeh?”
Tak lama kemudian dia membalas :
“Rahasia, haha”
Dan aku pun membalasnya :
“Lhak Geje --“ ”
Dan dia tidak membalas sms saya –- “
Aigoo, sohib-sohib gue ini membingungkan dan membuat deg-degan, ada apa mereka ke rumah gue secara tiba-tiba? Feeling aku pun mulai tidak enak, tapi seneng juga seh mereka nyempetin waktunya buat ke rumah aku pas ulang tahun aku :D
Jam 10 pun si Firda sms :
“Jeh, aku berangkat ke rumahmu”
Dan aku membalasnya :
“Sek iling a jeh omahku? Hahaha”
Tapi dia tak membalas lagi smsku -–“ Kebiasaan ini anak ><

Jam 12 pun dia sms lagi,
“Nin, omahmu gang berapa?”
“Gang ke empat”
Karena takut mereka nyasar, akhirnya aku mengintip di depan rumah dan melihat mereka (Firda dan Ovy) naek motor lewat di depan rumahku dan masuk gang :D
Setelah masuk rumah, aku pun pergi ke belakang karena menyiapkan suguhan buat mereka, tiba-tiba mereka ngakak-ngakak. Aku bingung kenapa mereka ngaka-ngakak, waktu aku keluar lagi nemuin mereka, tiba-tiba :
“Met ultah ya Anin”
Sori ya Nin, kalo cupcakesnya ancur, padahal wes tak bawa ati-ati. Gara-gara jalan gronjalan, cupcakesnya jadi gangnam style gini” sambil ngakak-ngakak bareng-bareng
Lucu juga ngeliat cupcakes yang awut-awutan, belepotan dan kerdusnya banyak toping-toping yang nempel, hahahaha

Setelah makan siang, si Firda pengen foto-foto pake webcam laptop aku, akhirnya aku keluarkan laptop aku dan berfoto-foto ria dengan property cupcakes.
Semula narsis dengan cupcakes berjalan lancar, tetapi ketika aku yang kebagian mengklik buat foto, tiba-tiba mereka men”dulit”kan cupcakes mereka ke pipiku dan jadilah perang cupcakes :D
Begini nih foto belepotan cupcakes gangnam style :D

















My birthday tahun ini benar-benar berkesan dengan perang cupcakes gangnam style :D
Special thanks to my sohib, Firda and Ovy yang udah bela-belain dateng dari Surabaya ke Gresik buat kasi surprise seperti ini.
Cup cup muuuuuuuaaaaaaaaahhhhhhhh

Minggu, 02 September 2012

Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)


PERLUNYA ADKL DIJADIKAN PROGRAM KESEHATAN
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal. Oleh sebab itu untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan programkesehatan dan perlindungan hukum yang memadai.
Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan ditetapkan melalui UU 23 tahun 1997 tentang pengelolahan lingkungan hidup. Hal ini tercermin bahwa setiap rencana usaha/ kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting wajib dilengkapi dengan suatu AMDAL. Di dalam undang-undang lingkungan hidup dan pedoman pelaksanaannya secara jelas belum nampak ketentuan perundangan terhadap analisis dampak pada kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan.
Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/ masyarakat tergantung pada kondisi “host “ (individu), “agent” (penyebab  penyakit), dan “environment” (lingkungan). Faktor lingkungan merupakan unsur penentu terjadinya sakit/sehat pada masyarakat. Denga demikian apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi jelas di sekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkunganmasyarakat tersebut. Dengan demikian maka studi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang idealnya melindungi masyarakat, memasukan pula metode analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL).
Pada tahun 1986, kelompok kerja WHO menentukan empat prinsip dasar yang berhubungan dengan analisis dampak lingkungan, yaitu :
     1.      Kesehatan masyarakat yang terkena dampak pembangunan merupakan salah satu pertimbangan penting dan mendasar dalam menyusun perencanaan kebijakan dan pelaksanaan proyek pembangunan.
  2.    Dampak kesehatan masyarakat yang mungkin timbul sebagai akibat dari pelaksanaan program pembangunan harus lebih mendapat perhatian.
    3.      Analisis dampak lingkungan (AMDAL) harus dapat memberikan informasi yang tepat tentang dampak kesehatan dari pembangunan sebuah proyek kegiatan.
     4.      Informasi lengkap perihal dampak kesehatan tersebut harus disampaikan kepada masyarakat luas.
KONSEP KETERPADUAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
Untuk menelaah kedua konsep yaitu analisis dampak lingkungan dean analisis dampak kesehatan lingkungan diperlukanrincian kerangka dasar model dari kedua konsep tersebut.
Bagan Kerangka Dasar Analisis Dampak Lingkungan
Data Dasar
rincian tentang kondisi lingkungan pada saat ini dan masa mendatang untuk bahan perencanaan pembangunan
Identifikasi Dampak
identifikasi dampak yang mungkin timbul dan pemilihan prioritas dampak untuk analisis yang lebih rinci, dengan cara "check list"
Prediksi Dampak
melakukan prakiraan besarnya perubahan yang akan terjadi
Evaluasi Dampak
pentingnya perubahan yang terjadi untuk tingkat nasional khususnya beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan nasional di bidang sosial ekonomi
Mitigasi
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif
Komunikasi
menyebarluaskan macam, kualitas dan kuantitas dampak yang mungkin terjadi kepada masyarakat dan lembaga terkait
Pemantauan
melakukan pengukuran dan memberikan umpan balik tentang dampak pembangunan

Model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
Rincian Analisis Dampak Keshatan Lingkungan adalah analisis:
a. Dampak secara langsung terhadap parameter lingkungan
b. Dampak tidak langsung terhadap parameter lingkungan
c. Parameter lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan
d. Adanya peningkatan pemaparan
e. Adanya peningkatanpopulasi beresiko tinggi
f. Dampak kesehatan (angka kesakitan dan kematian)

Pada kedua bagan di atas nampak kedua model tersebut baik dianalisis dampak lingkungan dan dampak kesehatan lingkungan penekanannya masih terbatas pada “environmental illness” (sakit karena faktor lingkungan) dan belum banyak menjamah permasalahan  “quality of life” (kualitas hidup). Dengan demikian maka proses analisis yang baik harus melibatkan analisis dampak kesehatan lingkungan secara menyeluruh termasuk komponen sosial-ekonomi-kesehatan.
Komponen yang berhubungan dengan faktor fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi-kesehatan adalah sebagai berikut:
      a.       Kualitas lingkungan fisik, kimia, dan biologi termasuk kualitas udara, air, kebisingan, dan sebagainya.
      b.      Kualitas diet, sebagai sumber informasi adalah ilmu gizi dan kedokteran.
    c.       Kualitas penyakit dan kesehatan jiwa, harus bersumber dari ilmu kedokteran, biologi, psikiatri dan psikologi.
      d.      Kualitas pekerjaan dan jaringan masyarakat bermuara pada disiplin ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
      e.       Kualitas pemukiman dan aksebilitas bersumber pada ilmu geografi, perencanaan dan arsitektur.

METODE ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
      A.    Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.
Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan dampak (basic prediction of impact) yang mencakup informasi sebagai berikut :
a.       Potensi daya dukung (Carrying Capacity) lingkungan
b.      Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
c.       Informasi kelentingan
Ketentuan Pengumpulan Data
Faktor yang diperhatikan dalam pengumpulan data adalah :
1)      Penetapan parameter kunci dan batas wilayah studi.
Parameter kunci (parameter utama) merupakan faktor penting dalam menetapkan batas wilayah studi, yaitu seberapa luas dampak akan menyebar. Batas wilayah studi dari suatu rencana kegiatan akan memudahkan dalam menetapkan parameter penunjang.
2)      Penentuan letak dan jumlah sampel.
Penentuan letak sampel harus memperhatikan aspek keseluruhan sistem yang dikaitkan dengan sumber dampak. Sedangkan penentuan jumlah sampel harus berpedoman pada azas keterwakilan dari unit sistem yang tercakup dalam ruang batas studi.
3)      Intensitas pengambilan sampel.
Harus memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku parameter kunci maupun penunjang. Faktor lingkungan tersebut adalah perubahan musim dan penyinaran, perubahan suhu dan kelembapan, topografi, geografi serta sistem pembuangan limbah.
4)      Jangka waktu pemeriksaan sampel.
Dengan memperhatikan ciri parameter, perlu ditentukan kapan dan berapalama batas waktu bagi parameter kimia/biologis/kesehatan harus cepat diperiksa/dianalisis agar supaya tidak kadaluarsa.
5)      Sistem pengawetan dan fiksasi sampel.
Bagi parameter yang tidak memungkinkan untuk secepatnya dianalisis dalam laboratorium, perlu perlindungan sampel yaitu pengawetan/fiksasi atau menjaga pada suhu tertentu agar sampel tidak rusak.
6)      Kalibrasi instrumen.
Kalibrasi instrumen dilakukan agar kepekaan instrumen dipertahankan sehingga validasi hasil analisis dapat optimal.
        B.     Metode dan Teknik Analisis
I.         Kualitas Ambien
Dalam ADKL metode untuk kualitas ambien mencakup beberapa macam, yaitu:
1)      Kualitas air                               
2)      Kualitas udara                          
3)      Kualitas tanah           
(Ketiganya dianalisis parameter fisik dan kimia dengan metode analisis spesifik sesuai dengan macam parameternya)
4)      Vektor dan parasit
Dianalisis sesuai dengan parameter vektor/parasit/mikroba/bakteri dengan metode analisis dan alat sesuai dengan macam parameter vektor/parasit/mikroba/bakteri.
5)      Makanan dan gizi
Dianalisis sesuai dengan parameter makanan/gizi dengan analisis metode pengamatan yang disesuaikan dengan parameternya.
II.      Kualitas Kesehatan Manusia
Untuk mendeteksi kualitas kesehatan manusia/masyarakat, dipakai metode yang tidak invasif (tidak menyakiti). Macam metode tersebut adalah:
1)      Metode pemantauan perilaku paparan.
2)      Metode pengukuran bio-indikator/pertanda biologis.
3)      Metode pengukuran/identifikasi kasus.
III.   Metode Analisis
Dilakukan untuk menganalisis data yang mengkaitkan hubungan variabel dengan menggunakan pendekatan epidemiologi. Beberapa metode analisis epidemiologi yang sering dipakai adalah:
1)      Proporsi atau “Rate”.
Ditunjukkan oleh perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah orang yang beresiko dalam populasi.
2)      Angka prevalensi.
Perbandingan antara jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada waktu tertentu.
3)      Angka insidensi.
Perbandingan antara jumlah kasus baru dari penyakit dengan jumlah manusia yang mempunyai risiko dalam populasi pada periode waktu.
INTERPRETASI HASIL ANALISIS
Untuk melakukan interpretasi suatu hasil analisis laboratorium, diperlukan syarat sebagai berikut:
      1.      Sistem pengambilan sampel yang benar.
      2.      Cara pewadahan dan pengawetan yang memenuhi syarat.
      3.      Waktu pengiriman sampel ke laboratorium yang optimal.
      4.      Kaitan hasil analisis dan kondisi lingkungan tempat pengambilan sampel harus proporsional.
    5.       Pengumpulan secara akurat informasi lingkungan yang berhubungan dengan geologi, vegetasi, dan aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi parameter kualitas kesehatan lingkungan.
PRAKIRAAN DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
Sistem yang dipakai untuk menentukan prakiraan dampak dari parameter lingkungan terhadap kesehatan masyarakat/kesehatan lingkungan adalah pendekatan model dan menggunakan “profesional judgement”. Pada ADKL dikenal dua jenis prakiraan dampak, yaitu:
      1.      Prakiraan dampak pada parameter ambien.
a.       Kualitas udara.
i.        Sumber tidak bergerak.
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakat “population at risk” dari sebaran emisi gas atau partikel yang keluar dari cerobong pabrik, dipakai model Gauss. Dengan model Gauss, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di udara ambien dengan jarak tertentu dari cerobong pabrik.
ii.      Sumber bergerak.
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakat “population at risk” dari sebaran pencemaran emisi yang berasal dari kegiatan transportasi dipakai dengan model Sutton. Dengan model Sutton, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau prakiraan kadar gas atau partikel di udara ambien dengan jarak tertentu dari knalpot atau pusat transportasi.
b.      Kebisingan.
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
c.       Kualitas air.
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (degradable)dan yang kurang merusak(non degradable)
i.        Sumber pencemar yang merusak (degradable)
Sifat racunnya mengganggu secara langsung.
ii.      Sumber pencemar yang kurang merusak (non degradable)
Mempunyai sifat organik dan anorganik. Prakiraan persebaran dampak dalam badan air, ditentukan oleh faktor sifat dan lama waktu akumulatif, sifat non-degradatif serta hidrodinamika badan air.
d.      Perubahan habitat, vektor, dan agen.
Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan habitat, perkembangan vektor, dan macam parasit atau mikroba(sebagai agen penyakit) sulit ditunjukkan dengan model. Dengan demikian prakiraan dapat didasarkan pada fenomena perubahan sebagai berikut:
i.        Terjadinya perubahan habitat
ii.      Memungkinkan timbulnya vektor
iii.    Memungkinkan interaksi agen penyakit
iv.    Adanya sumber penyakit menular.
      2.      Prakiraan dampak pada kesehatan manusia.
Prakiraan dampak zat toksik yang masuk ke dalam tubuh manusia akan memberikan efek akut atau kronis dan dipengaruhi oleh:
a.       Jenis zat kimia
b.      Jalur pemasukan (route of exposure)
c.       Dosis
d.      Rata-rata dosis yang masuk (dose rate)
e.       Waktu pemaparan (fraction of lifetime)
f.       Jenis kelamin
g. Proses biokinetik di dalam tubuh, yang terdiri dari absorbsi, distribusi, penimbunan, biotransformasi dan waktu eliminasi organ
h.      Mekanisme keracunan.

Pencegahan Penyakit Paru Akibat Kerja


Penyakit paru akibat debu industri mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru lain yang udak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru yang disebabkan oleh debu / uap / gas berbahaya yang terhirup pekerja di tempat pekerjaan mereka.
Faktor yang mampengaruhi terjadinya gangguan paru antara lain :
1.      Jumlah dan lama pajanan
2.      Ukuran debu / partikel
3.      Toksisitas
4.      Kelembapan udara
5.      Pola respirasi
-                Pernapasan mulut / hidung
-                Besarnya volume tidal
6.      Kebiasaan buruk lain sepert merokok
Macam – macam penyakit paru akibat kerja adalah :
      1.      Pneumokoniosis Pekerja Tambang Batubara
Penyakit terjadi akibat penumpukan debu batubara di paru dan menimbulkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar lebih dari 10 tahun.
      2.      Silikosis
Penyakit ini terjadi karena inhalasi dan retensi debu yang mengandung kristalin silikon dioksida atau silika bebas (S1S2). Pada berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan silika penyakit ini dapat terjadi, seperti pada pekerja :
a.       Pekerja tambang logam dan batubara
b.       Penggali terowongan untuk membuat jalan
c.       Pemotongan batu seperti untuk patung, nisan
d.      Pembuat keramik dan batubara
e.       Penuangan besi dan baja
f.       Industri yang memakai silika sebagai bahan misalnya pabrik amplas dan gelas.
g.      Pembuat gigi enamel
h.      Pabrik semen
      3.      Asbestosis
Penyakit ini terjadi akibat inhalasi debu asbes, menimbulkan penumokoniosis yang ditandai oleh fibrosis paru. Paparan dapat terjadi di therah industri dan tambang, juga bisa timbul pada daerah sekitar pabrik atau tambang yang udaranya terpolusi oleh debu asbes. Pekerja yang dapat terkena asbestosis adalah yang bekerja di t ambang, penggilingan, transportasi, pedagang, pekerja kapal dan pekerja penghancur asbes.
      4.      Bronkitis Industri
Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari pembakaran arang batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes dan silika dengan ukuran 3-10 mikron akan ditimbun di paru.
      5.      Asma Kerja
Asma kerja adalah penyakit yang ditandai oleh kepekaan saluran napas terhadap paparan zat di tempat kerja dengan manifestasi obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel. Berbagai debu dan zat di tempat kerja tepat menimbulkan asma kerja. Zat itu tepat berasal dali tumbuh-tumbuhan seperti tepung gandum, debu kayu, kopi, buah jarak, colophony, binatang seperti binatang pengerat, anjing, kucing, kutu ganchim, ulat sutra, kerang; zat kimia seperti isosionat, garam platina, khrom, enzmm seperti iripsin dan papain. Dapat juga berasal dali obat-obatan seperti pada pmduksi piperazin, tetrasiklin, spinamisin dan penisilin sintetik.
      6.      Kanker Paru
Zat yang bersifat karsinogen dan dapat menimbulkan kanker paru antara lain adalah asbes, uranium, gas mustard, arsen, nikel, khrom, khlor metil eter, pembakaran arang, kalsium kiorida dan zat radioaktif serta tar batubara. Pekerja yang berhubungan dengan zat-zat tersebut dapat mendenta kanker paru setelah paparan yang lama, yaitu antara 15 sampai 25 tahun. Pekerja yang terkena adalah mereka yang bekerja di tambang, pabrik, tempat penyulingan dan industri kimia.
      7.      Exrinsic Allergic Alveolitis
Penyakit ini dapat disebabkan krn sensitisasi debu2 organik dr spora jamur Actinomycetes yg banyak terdapat di pertanian, karena itu penyakit ini dikenal dengan “farmer lung disease”. Letak gangguannya lebih banyak terdapat di parenkim paru. Keluhan flu seperti symptom sering menyertai penyakit ini. Diduga mikroba yang hidup di AC dapat menyebabkan gangguan kesehatan ini.
      8.      Bisinosis
Bissinosis (Byssinosis)adalah suatu penyakit paru-paru akibat pekerjaan yang terjadi karena menghirup debu kapas atau debu dari serat tanaman lainnya, seperti rami
9. Inhalasi zat toksik
            a.   Debu
Beberapa debu spt debu timah hitam (dlm bentuk fume) & debu lain dgn ukuran sangat kecil (< 0,5 mikron) dpt terdifusi melalui alveolus kemudian terdifusi ke seluruh tubuh menyebabkan efek sistemik.
b.     Gas asfiksian sederhana
Gas2 spt CO2, metana, asetilin, dll pd ruang tertutup (confined space) sering kadarnya meningkat shg akan menurunkan tekanan partial oksigen di atmosfir. Kondisi ini akan fatal bila tekanan turun sd 18 %. Normal tekanan partial oksigen ad 20 %.
c.   Gas asfiksian chemical
Contoh gas ini ad CO dan Asam Sianida. CO mempunyai afinitas 300 kali thd hemoglobin dibandingkan dgn oksigen. Keberadaan gas ini akan mengganggu transport oksigen oleh Hb, shg terjadi kegagalan pernafasan. Sedangkan asam sianida bekerja menghambat enzim2 pernafasan (kelp sitokrom oksidase), shg proses respirasi sel (siklus kreb) akan terganggu.


Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi laju penyakit. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
  1. Promosi Kesehatan
Langkah pencegahan awal untuk menghindari adanya penyakit paru akibat kerja, yaitu :
    1. Pengenalan lingkungan kerja kepada tenaga kerja agar tenaga kerja dapat mengetahui bahaya – bahaya apa saja yang dapat terjadi di lingkungan kerjanya dan tenaga kerja dapat mencegahnya.
    2. Sebelumnya, dokter perusahaan harus membuat peta resiko (risk matrix) area pekerjaan. Setelah itu, dokter perusahaan dan Pihak-pihak terkait bidang kesehatan perusahaan lainnya, seperti paramedis perusahaan bekerja sama untuk menyosialisasikan kepada pekerja tentang  agen-agen yang dapat menyebabkan penyakit paru, seperti agen biologi dan kimia. Selain itu, menyosialisasikan akan pentingnya memakai perlindungan pada bagian-bagian yang terpapar agen penyebab penyakit paru .
    3. Membentuk peraturan atau perundang-undangan tentang perlindungan paru para pekerja untuk mencegah adanya penyakit paru akibat kerja.
    4. Membentuk program perlindungan dan perawatan paru yang diikutsertakan dalam program pendidikan, yaitu memuat informasi tentang paru sehat dan penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan.
    5. Memberikan pengenalan diri tentang penyakit paru dan kegunaan prosedur perlindungan, sebagai contoh, program perlindungan paru pada pekerja di daerah yang kering dan berpotensi timbulnya angin yaitu dengan menggunakan masker penutup hidung.
    6. Mengadakan rekreasi ke tempat yang berhawa sejuk agar paru tenaga kerja tidak selalu terpapar oleh agen.
    7. Menempatkan posisi ventilasi yang tepat dan cukup apabila tempat kerja tertutup.
  1. Pemberian Perlindungan Khusus
    1. Menciptakan kondisi tempat kerja yang baik dan sanitasinya baik.
    2. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum penempatan dan berkala, juga perhatian khusus pada paru. Pemeriksaan kesehatan berkala dianjurkan dilakukan dengan selang waktu 6 bulan sampai 2 tahun, tergantung pada tingkat paparan di tempat kerja.
    3. Tenaga kerja hendaknya memakai masker agar tidak terpapar oleh agen-agen penyebab penyakit paru. Selain itu, pekerja dilarang untuk merokok karena akan menyebabkan paru pekerja lebih rentan apabila terpapar oleh agen – agen penyebab penyakit, baik debu, mikroorganisme, bahan kimia, dan sebagainya.
    4. Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu diruang kerja dengan ‘Local Exhauster’ atau dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap.
    5. Substitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.
    6. Memakai metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet Drilling).
    7. Dengan alat berupa Scrubber,Elektropresipitator,dan Ventilasi Umum.
  2. Diagnosa dan Terapi
    1. Mencari tenaga kerja yang mempunyai resiko menderita penyakit paru.
    2. Memeriksa daya pacu paru-paru, kapasitas maksimal oksigen paru tenaga kerja sehingga dapat mengetahui gambaran perkembangan kesehatan tenaga kerja.
c.       Anamnesis riwayat medis lengkap termasuk riwayat pajanan di tempat kerja dan lingkungan
d.      Pemeriksaan penunjang
·           Pemeriksaan langsung utnuk mengidentifikasi kondisi ekstraparu yang berkontribusi terhadap impairment seperti pemeriksaan darah lengkap dan EKG.
·           Pemeriksaan untuk menilai impairment respirasi yaitu foto toraks. Spirometri, DLco (single breath diffusing capacity), Ct scan, Bal, dan lain – lain.
·           Pemeriksaan faal paru dan radiologi sebelum seorang menjadi pekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk deteksi dini kelainan yang timbul. Bila seseorang telah mendenita penyakit, memindahkan ke tempat yang tidak terpapar mungkin dapat mengurangi laju penyakit.
·           Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari tempat yang jelas tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum.
e.    Perlu dilakukan screnning pada saat masuk menjadi tenaga kerja disebuah perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami setelah bekerja diperusahaan tersebut merupakan penyakit akibat kerja atau merupakan yang memang telah dialami sebelumnya.
  1. Dissability Limitation
    1. Terapi yang tepat untuk menghentikan penyakit dan cegah komplikasi dan kecacatan.
    2. Mencegah progesivity dan antisipasi komplikasi seperti berhenti merokok, profilaksis TB pada pekerja silika Pekerja hendaklah berhenti merokok terutama bila bekerja pada tempat-tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru, karena asap rokok dapat meninggikan risiko timbulnya penyakit.
    3. Penyediaan fasilitas untuk membatasi cacat dan cegah kematian
    4. Memberikan waktu istirahat atau cuti kepada pegawai yang sakit untuk berobat.
  2. Rehabilitasi
    1. Menempatkan tenaga kerja yang terkena penyakit paru di tempat yang tidak berisiko untuk memperburuk keadaan parunya.
    2. Apabila tidak dapat dipindahkan, maka tenaga kerja yang terkena penyakit paru diberikan perlindungan ekstra, seperti pemakaian masker khusus dan pemberian waktu yang relatif singkat untuk menghindari paparan agen penyebab penyakit paru lebih lama dan memperburuk keadaan paru.
    3. Memberikan perlindungan ekstra pada tempat – tempat yang berisiko untuk menyebabkan penyakit paru.
    4. Melakukan terapi kerja agar paru pekerja dapat paru pekerja dapat berfungsi lebih optimal.